Teks Foto : Walikota Rai Mantra didampingi Kadis Kebudayaan Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Raka Purwantara, Bendesa Adat Sumerta, Wayan Butuantara, serta tokoh adat dan desa setempat meninjau pendidikan yang telah diberikan kepada siswa angkatan Ke-10, Rabu (16/10) di Balai Banjar Kedaton.

Denpasar, (Metrobali.com)-

Pasraman Wandhira Widyasrama Banjar Kedaton, Desa Sumerta Kelod kembali melaksanakan kegiatan Pendidikan karakter sejak dini bagi siswa Sekolah Dasar di desa setempat. Penutupan pelaksanaan Pasraman Wandhira Widyasrama Banjar Kedaton untuk angkatan ke-10 telah dilakukan. Pada Rabu, (16/10) pelaksanaan pasraman untuk angkatan ke-11 dibuka secara resmi Walikota Denpasar, I.B Rai Dharmawijaya Mantra di Balai Banjar Kedaton ditandai dengan pemukulan kentongan.

Sebelum membuka pasraman, tampak Walikota Rai Mantra didampingi Kadis Kebudayaan Denpasar, I Gusti Ngurah Mataram, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Raka Purwantara, Bendesa Adat Sumerta, Wayan Butuantara, serta tokoh adat dan desa setempat meninjau pendidikan yang telah diberikan kepada angkatan Ke-10. Dari mejejahitan, dharmagita, ulat-ulatan, Pendidikan budhi pakerti, membaca aksara bali, yoga hingga menari dan menabuh. Rai Mantra dalam kesempatan tersebut mengingatkan agar melakukan pelestarian, pengembangan, dan penguatan kebudayaan kepada anak didik. “Tidak hanya dalam melestarikan kebudayaan, namun juga diharapkan memiliki strategi melestarikan, memperkuat dan mengembangkan kebudayaan ini. Saya sangat berharap kepada penglingsir, guru, pembinaan dan bendesa, Dinas Kebudayaan Denpasar agar dapat memberikan pengetahuan dalam tujuan pelaksanaan pasraman dan dapat berguna bagi pendidikan anak-anak kita kedepan. Tidak saja utk melestarikan, namun dibutuhkan sebuah penguatan dan pengembangan dari kebudayaan itu sendiri,” harap Rai Mantra.

Lebih lanjut disampaikan pasraman yang telah berjalan hingga tahun ke-11 ini telah mampu memberikan imbas positif bagi anak didik dalam memberikan perbedaan dalam hal proses belajar mengajar disekolah. Disamping itu pembelajaran tentang permainan tradisional yang memberikan sebuah Pendidikan kebersamaan dapat juga dilaksanakan dalam pasraman ini. Karena saat ini dengan kemajuan teknologi memberikan dampak positif dan negative bagi perkembangan interaksi sosial anak-anak kita. Mental, spiritual, dan moral menjadi tantangan kita bersama, sehingga pendidikan budhi pakerti sangat tepat diberikan dalam proses belajar di pasraman. Seperti filasafat Ida Pedanda Made Sidemen yakni “selampah laku” relevan hingga saat ini dapat sebagai acuan kita bersama dalam proses pengembangan kreatifitas dalam diri generasi kita kedepan. “Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang  tidak saja mencakup  seni dan budaya tapi juga mencakup ekonomi, pendidikan dan teknologi. Hal ini dapat digunakan dalam mengembangkan pasraman dan lakukan penguatan,” ujarnya.

Sementara Bendesa Adat Sumerta, Wayan Butuantara mengatakan tidak saja menggelar pasraman bagi anak-anak namun juga menggelar pasraman bagi remaja. “Pendidikan dalam pasraman tentu memiliki perbedaan dalam Pendidikan formal disekolah, sehingga dalam pelaksanaan pasraman diharapkan memberikan dampak postif bagi siswa  dalam mengasah diri melaksanakan Tri Hita Karana. Di pasraman menajamkan pendidikan diri, tradisi dan agama, dengan memberikan ruang, tuntunan, dan pengawasan sehingga setelah remaja mampu berimbas pada penguatan karakter,” ujarnya. (Pur/humasdps)