Foto: Kawasan Pelabuhan Benoa, Denpasar dikembangkan menjadi Bali Maritime Tourism Hub.

Denpasar (Metrobali.com)-

Kawasan Pelabuhan Benoa, Denpasar dirancang dan dicanangkan menjadi Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) atau gerbang wisata maritim Indonesia dan bisa menjadi trigger percepatan 10 Bali Baru.

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) ini adalah inisiasi Pelindo III bersama Gubernur Bali Wayan Koster dan Kementerian BUMN. BMTH ini didasarkan atas potensi Bali yang termasuk 6 besar tujuan kapal pesiar di Asia dan semakin menjadi primadona.

“BMTH tujuannya Pelabuhan Benoa menjadi hub, pusat wisata maritim di Bali dan Indonesia. Jadi semua sektor di kawasan Pelabuhan Benoa dikembangkan melalui berbagai pembangunan,” ungkap Wayan Eka Saputra, CEO Pelindo III Regional Banyuwangi, Bali, Nusa Tenggara, Selasa (19/1/2021).

Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) menjadi proyek pengembangan pelabuhan Benoa secara massif yang saat ini pengerjaannya sedang berjalan walau di tengah pandemi Covid-19. Dengan kata lain di masa pandemi ini menjadi ajang berbenah, dan mempercantik atau beautifikasi kawasan Pelabuhan Benoa yang memang sejak Maret 2020 tidak lagi menerima kunjungan kapal pesiar sebagai imbas pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

“Dalam kondisi pandemi kita perbaiki, sempurnakan fasilitas di Pelabuhan Benoa agar saat pandemi berakhir kita sudah siap menyambut wisatawan kapal pesiar,” ungkap Eka Saputra.

 

Berbagai pembangunan dan peningkatan fasilitas dalam proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) ini misalnya mencakup pembangunan gapura/candi bentar, pendirian patung Dewa Baruna, peningkatan fasilitas home port sebagai tempat naik turun penumpang.

Pelindo III juga telah meningkatkan kapasitas gedung terminal penumpang Pelabuhan Benoa yang semula hanya berkapasitas 900 orang diperbesar hingga menampung 3.500 orang dalam bangunan seluas 5.600 meter persegi. Dari sisi transportasi juga disiapkan bus dari dan menuju ke pelabuhan Benoa.

Nantinya dibangun pula UMKM center yang akan menampung setidaknya 150 UMKM lokal. Pelabuhan Benoa juga dilengkapi tambatan marina dan yatch, areal ruang terbuka hijau yang menjadi hutan kota di kawasan Pelabuhan Benoa.

Dengan berbagai fasilitas yang ada diharapkan Pelabuhan Benoa bisa hidup dan bergeliat selama 24 jam dan masa tinggal (length of stay) wisatawan kapal pesiar bisa lebih lama dari yang selama ini hanya rata-rata selama 8 jam.

Karenanya di areal Pelabuhan Benoa juga dibangun sarana atau tempat hiburan yang menunjang wisata budaya misalnya untuk pertunjukan berbagai ikon kesenian Bali. “Itu juga untuk menunjang lama durasi berwisata di Bali,” kata Eka Saputra.

 

Pelabuhan Benoa juga dirancang untuk menjadi pelabuhan terindah di dunia namun tetap ramah lingkungan dan menjaga ekosistem sekitarnya serta tak lepas dari kearifan lokal. Pelabuhan Benoa akan menghilangkan kesan kumuh dan ramah untuk ditambati kapal pesiar.

“Ditargetkan seluruh proyek pembangunan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) ini bisa rampung di tahun 2023,” terang Eka Saputra.

Tahun 2021 ini pun diharapkan menjadi titik balik untuk kunjungan kapal pesiar di Pelabuhan Benoa setelah dari bulan Maret 2020 tidak ada kunjungan kapal pesiar akibat dampak pandemi Covid-19.

“Pelabuhan Benoa sudah siap selalu menerima kapal pesiar dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat. Semoga ada realisasi kunjungan kapal pesiar di pertengahan tahun sampai akhir tahun 2021 seiring dengan program vaksinasi di Indonesia dan negara-negara lainnya,” pungkas Eka Saputra. (wid)