Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, HM Ahman Sya
 
Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, HM Ahman Sya/MB
Denpasar, (Metrobali.com)-
Tenaga kerja pariwisata Indonesia menduduki posisi lima di Asia. Padahal, dari segi kuantitas, tenaga kerja pariwisata Indonesia menduduki posisi pertama di Asia. Fakta ini disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, HM Ahman Sya di Denpasar, Jumat 22 April 2016. Mirisnya, tenaga kerja pariwisata Indonesia tertinggal jauh dari Filipina. “Secara kuantitas tenaga kerja pariwisata Indonesia menduduki nomor satu. Sebaliknya, secara kualitas Indonesia masih menempati posisi nomor lima. Bahkan kita masih kalah oleh tenaga kerja asal Filipina,” kata Ahman.

hal yang dianggap kedodoran dari tenaga kerja pariwisata Indonesia adalah dalam hal bahasa, penguasaan informasi teknologi dan kemampuan manajerial. Menurutnya, ketiga hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga kerja pariwisata Indonesia, termasuk pemerintah. “Pemerintah akan berupaya sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia pada masa yang akan datang,” ujarnya.
 
Ahman mengaku pernah diminta oleh Menteri Pariwisata Arif Yahya untuk belajar ke Filipina. Tujuannya untuk melihat lebih dekat bagaimana Negara itu mendidik dan melatih tenaga kerjanya, bukan hanya di sektor pariwista saja, tapi juga di sektor lainnya. Pemerintah pun memiliki target pada tahun 2017 tenaga kerja pariwisata Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asia dan pada tahun 2020 akan menduduki posisi pertama di Asia.
 
“Ini sudah komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Tiga hal utama yakni penguasaan bahasa asing, penguasaan IT dan manajemen akan menjadi perhatian utama pemerintah,” papar dia. Kurikulum pelatihan dan kependidikan tenaga kerja pariwisata Indonesia pun telah disiapkan. Saat ini, ia melanjutkan, beberapa perguruan tinggi pariwisata di bawah Kementerian Pariwisata sudah menunjukkan kualitasnya.
 
Bahkan beberapa perguruan tinggi pariwisata menjadi favorit. Di antaranya adalah STP Nusa Dua Bali, STP Bandung dan STP Jakarta. “Di STP Bali, 30 persen mahasiswanya bekerja di luar negeri. Di STP Bandung bahkan 40 persen mahasiswanya bekerja di luar negeri. Hal yang sama juga terjadi dengan STP lainnya yang berada di bawah Kementerian Pariwisata,” jelas dia.
 
Bahkan di luar negeri, katanya, tamatan STP selalu menjadi contoh, teladan dan pemimpin. Sementara lulusan yang tidak bekerja di luar negeri tidak ada yang menganggur. Ke depan, kata dia, Kementerian Pariwisata akan mencetak tenaga kerja pariwisata yang bukan saja sebagai pekerja pariwisata tetapi sebagai pemikir dan pemimpin. “Pemerintah ingin agar tamatan STP harus menjadi pemimpin di bidang pariwisata,” tutup dia. JAK-MB