Pegunungan Dieng/Istimewa
Tentang sejarah Dieng atau lebih tepatnya Adi Hyang = Tuhan yang Utama, merujuk ke Gunung Dieng, kawasan yang secara administratif sebagian besar berada di Kabupaten Wonosobo dan Banjar Negara. Nama kedua tempat ini dari semantik bahasa memuat relasi kepemimpinan, kepemimpinan deduktif yang dimulai dari pencerahan yang kemudian dibumikan menjadi kepemimpinan bijak.
Dieng mengingatkan umat Hindu Indonesia: tempat pertama yang ” disinggahi ” oleh Rsi Markendya dalam ” membagi”pencerahan Sanatana Dharma dari Kalingga atau lebih tepatnya kota Orissa, Bhartiya ( nama otentik dari India sekarang ). Ring Madyaning Mandala Dieng  ( sekarang ) ditekumuan “jejer kemiri ” Candi, menyebut beberapa Candi petirthan yang merupakan hulu dari Kali Serayu yang kemudian memasuki Desa Batur dan sekitarnya dan kemudian ” membelah” Kabupaten Wonosobo ” mengalir”  membelah ” tengahing Jambu Dwipa” ( provinsi Jateng ) sekarang.
Candi  Arjuna yang merupakan ” pusat “jejer kemiri Candi, menuju ke Utara yakni Candi Bima yang konon sering di kunjungi Bung Karno dan dalam berbagai kesempatan Bapak Bangsa Indonesia, menyebutkannya dengan rasa bangga.
Sementara Goa Semar antara Candi Arjuna dengan Candi Bima, Pertigaan belok ke Kiri di lingkungan semak dan hutan kecil ( berdasarkan kondisi tahun 2000’an), tempat meditasi dan mohon wahyu tuntunan dari Pak Dirman  ( Bapak pendiri dari TKR=Tentara Keamanan Rakyat, dan kemudian hari  menjadi TNI yang Kita kenal dan banggakan sampai sekarang).
Goa Semar, Pak Dirman dan perjalananan grilya prajurit sejati yang rendah hati ini, ditandu oleh para pengikutnya tentera pelajar yang sangat setia, salah satunya Soepardjo Rustam. Dan, dikemudian hari menjadi Menteri Dalam Negeri yang berprestasi gilang-gemilang dalam mempersatukan negeri yang Pak Dirman bersama rakyat perjuangkan.
Perjalanan grilya Pak Dirman dan pengkutnya, dalam tandu yang dipikul secara bergantian telah menjadi bagian sejarah perjuangan rakyat negeri yang heroik ini).
Kalau sekarang muncul kembali wacana tentang kesucian Gunung Dieng, inspirasi kepemimpinan ” yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan” di bumi Nusantara yang tercinta ini, pantas untuk disyukuri, momen untuk berefleksi, dan kemudian melangkah maju untuk menyongsong masa depan.
Tentang Penulis

I Gde Sudibya, Ketua Pusat Kajian Hindu ( The Hindu Centre ) Denpasar. Sekarang  lebih sering berkarya di Desa Tajun, di Timur Laut Bukit Gunung Sinunggal, Den Bukit, Bali Utara.