Edinburgh (metrobali.com) –

Pegiat pendidikan Malala Yousafzai, Sabtu (19/10), menyerukan upaya terpadu bagi hak pendidikan dalam pertemuan terbuka pertama komisi Global Citizenship, yang diselenggarakan di University of Edinbrugh.

Malala (16) adalah pegiat yang menganjurkan pendidikan buat anak perempuan di Pakistan Barat-laut dan penyintas dari upaya pembunuhan oleh Taliban tahun lalu.

Ia ditembak di kepala dan tengkuk oleh beberapa pria bersenjata anggota Taliban saat ia dalam perjalanan pulang dari sekolah pada 9 Oktober 2012, di kota tempat tinggalnya, Mingora –Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Ia selama dari upaya pembunuhan tersebut dan belakangan pulih dari lukanya di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham, Inggris.

Peristiwa yang dialaminya telah memicu arus dukungan internasional, meskipun Taliban mengancam akan membunuh dia dan ayahnya.

“Kami tidak takut. Orang harus bersatu, mereka harus bekerjasama,” kata Malala kepada 1.000 orang yang hadir, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Ia berkeras upaya untuk menganjurkan pendidikan tak boleh terhenti sekalipun setelah serangan terhadap dirinya.

Malala, yang bertemu dengan Ratu Inggris di Istana Buckingham di London pada Jumat (18/10) dan berbicara mengenai pentingnya pendidikan, diberi gelar master kehormatan oleh University of Edinburgh.

Malala, yang menetap di Birmingham bersama keluarganya, juga mengatakan studinya berjalan baik dan ia berharap bisa masuk universitas.

Sementara itu, mantan perdana menteri Inggris Gordon Brown –yang memimpin Global Citizenship Commission dan juga menjadi Utusan Khusus PBB bagi Pendidikan Global, menegaskan tanggung jawab masyarakat internasional untuk melindungi hak setiap orang.

Dengan dukungan Carnegie UK Trust dan melalui kemitraan dengan New York University, Global Citizenship Commission bertujuan memperbarui Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal 1948 di bidang etika dan kewarganegaraan. (Ant/Xinhua-OANA)