Denpasar (Metrobali.com)-

Menjelang pemilihan gubernur 15 Mei mendatang masyarakat merindukan lahirnya seorang pemimpin yang merakyat atau peduli dengan rakyat di bawah. Harapan dan kerinduan seperti itulah yang coba disuarakan salah seorang seniman Bali, Ray Peni.

Lantunan suaranya yang khas dan kekuatan power suara yang tinggi membut suara Ray Peni mudah diinget di telinga. Sejak dua bulan terakhir ini, masyarakat utamanya kaum marhenis, para pendukung PDI Perjuangan di Bali kian akrab dengan pelantun lagu “PAS untuk Bali”.

Ya, karya lagu yang khusus Ray Peni, diciptakan untuk sang idola Anak Agung Ngurah Puspayoga yang dalam pilgub tahun ini diusung PDIP bersama calon wakil guberur Dewa Nyoman Sukrawan.

“Dari dulu ideologi saya di PDIP, jiwa saya Pancasila,” kata pria kelahiran Batuan Sukawati Kabupaten Gianyar, Jum’at (5/4)
Makanya, wajar saja, siapapun calon yang diusung PDIP apalagi seorang kader selalu ia getol mendukungnya.

“Apapun, siapapun, kalau itu kader partai akan saya dukung, seperti sebelumnya. bukan berarti calon yang lain jelek, ini tuntutan hati nurani saja,” imbuh pria kelahiran 10 April 1980.

Sejak pilgub lima tahun silam 2008, Ray Peni juga telah menciptakan lagu khusus untuk pasangan yang diusung PDIP Made Mangku Pastika dan Puspayoga (Pastiyoga).
Namun karena tahun ini, pasangan yang diusung PDIP dalam pilgub tidak lagi Pastiyoga sehingga ia kembali menciptakan karya lagu untuk pasangan Puspayoga dan Sukrawan (PAS). Isi dari lagu yang makin digemari segala usia bahkan terakhir diramu dalam versi remix house, semua sejatinya menggambarkan situasi politik sekarang.

“Saya bikin lagu setelah menyerap asprasi teman-teman partai dan asprasi di masyarakat bawah,” tuturnya soal lirik lagu teranyarnya itu. Lagu PAS untuk Bali yang sudah diungguh di dunia maya itu, merupakan murni karya ciptaanya sendiri. Demikian juga aransemen musiknya ia ramu sendiri yang totalnya memakan waktu relatif singkat sekira satu minggu. Karya seni cipatannya yang dituangkan dalam lagu itu semata apa yang dirasakan kalangan seniman, menginginkan pemimpin yang dekat dengan rakyat, tidak berjarak.

Jika dicermati, lirik lagu Ray Peni ini dengan jelas menggambarkan bagaimana sosok figur pemimpin yang semula berjanji berjuang membela rakyat namun belakangan ingkar janji, justru memihak kepentingan industrialisasi orang atau kelompok tertentu pemilik modal besar. “Apa yang saya dirasakan, itu yang saya keluarkan, itulah seniman, saya tidak mau mengada-ada,” paparnya.

Diapun berharap, ke depan pemimpin Bali juga memperhatikan nasib seniman. Apalagi, sebagaimana didengungkan Puspayoga bahwa Bali tetap bisa lestari hidup terkenal di dunia karena memegang teguh tiga sendi utama masyarakat.

Tiga sendi utama itu  sambung Ray Peni adalah seni, adat dan budaya. Seniman menjadi bagian penting masyarakat Bali, hendaknya diperhatikan didukung, diberi ruang untuk berekpresi sesuai panggilan jiwanya. RED-MB