PBB (Metrobali.com) –

Dewan Keamanan PBB, Jumat secara resmi menyetujui missi gabungan pertama dengan pengawas senjata kimia global OPCW yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian untuk menghancurkan senjata-senjata kimia Suriah.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan PBB memiliki satu tim 60 ahli dan staf pendukung di Suriah untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas produksi senjata kimia Suriah sementara negara itu terus dilanda perang saudara.

Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara mengirim sepucuk surat kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon Jumat mendukung pemusnahan senjata-senjata kimia Suriah.

Ban menunjuk Sigrid Kaag dari Belanda sebagai kepala missi gabungan itu, kata sumber-sumber PBB. Kaag adalah asisten sekjen PBB yang bekerja pada Program Pembangunan PBB.

Dukungan resmi Dewan Keamanan PBB itu diberikan persis ketika pengumuman bahwa OPCW memperoleh Hadiah Nobel Perdamaian.

“Pengakuan ini terjadi hampir 100 tahun setelah serangan kimia pertama — dan 50 hari setelah penggunaan senjata kimia di Suriah. Terlepas dari satu peninggalan pada masa lalu, senjata-senjata kimia tetap satu bahaya yang jelas sekarang,” kata Ban dalam satu penghargaan kepada OPCW.

Ban mengatakan satu rancangan rencana dikirim ke Dewan Keamanan PBB bahwa sekitar 100 ahli diperlukan untuk menghancurkan sarin, gas mostar dan senjata-senjata kimia lainnya pada pertengahan tahun 2014.

Ia memperingatkan mereka akan beroperasi dalam bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya saat perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang.

Missi itu akan bermarkas di Damaskus dan Siprus, di mana sebagian besar pemeriksa akan tinggal kecuali mereka sedang melakukan kunjungan ke lokasi.

Serangan senjata kimia dekat Damaskus 21 Agustus, yang menewaskan ratusan orang, menimbulkan krisis internasional yang memicu ancaman AS untuk melakukan serangan militer terhadap sasaran-sasaran pemerintah Suriah.

Dewan keamanan menyetujui satu resolusi pada 27 September mendukung satu rencana Rusia-AS untuk menghancurkan senjata-senjata kimia pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad menghentikan ancaman militer AS itu.

Tim itu telah ditambah menjadi 60 orang dalam hari-hari belakangan ini, kata PBB, Jumat.

Tim itu “telah membuat kemajuan yang baik dalam memverifikasikan informasi yang disampaikan” oleh pemerintah Suriah, kata satu pernyataan PBB.

“Pada akhir 10 hari pertama operasi di lapangan itu tim-tim verifikasi telah memeriksa tiga lokasi dan rencana-rencana sedang disusun bagi kunjungan ke lokasi-lokasi lebih jauh.

“Ketika OPCW menerima informasi awal dan perlengkapan dari Suriah mengenai program senjata-senjata kimianya, tim pendahuluan kin sedang memproses verifikasi informasi itu.

“OPCW juga mengawas pemusnahan oleh Suriah beberapa cadangan amunisi ,serta sejumlah peralatan produksi senjata-senjata kimia. (Ant/AFP)