PBB, New York (Metrobali.com) –

Seorang ahli independen hak asasi manusia PBB, Selasa (26/11), menyerukan tindakan segera guna menghindari bencana kemanusiaan di Jalur Gaza, tempat kekurangan listrik telah mengganggu layanan kesehatan, sehingga air limbah membanjiri jalanan.

Kondisi itu membuat 1,7 juta orang Palestina berada dalam kondisi mengerikan, katanya.

Pasokan listrik saat ini terbatas hanya selama enam jam per hari, lebih dari tiga pekan setelah satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza ditutup akibat kekurangan parah bahan bakar.

“Situasi di Jalur Gaza berada pada tahap mendekati bencana,” demikian peringatan Richard Falk, Rapporteur Khusus PBB mengenai situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Falk mengeluarkan peringatan itu saat PBB memulai peringatan Hari Internasional bagi Solidaritas buat Rakyat Palestina –yang jatuh pada 29 November.

“Kekurangan bahan bakar dan pemutusan pasokan listrik telah membahayakan prasarana yang memang sudah gawat, sangat mengganggu penyediaan layanan dasar, termasuk kesehatan, air dan kebersihan,” kata Falk dalam siaran pers, sebagaimana dilaporkan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. “Kedatangan musim dingin tentu saja membuat keadaan bertambah buruk.” Ia menyatakan kurang separuh dari seluruh kebutuhan energi listrik terpenuhi dan gangguan pada layahan kesehatan khusus, seperti ruang operasi ginjal, bank darah, unit perawatan intensif dan inkubator, membuat nyawa pasien yang sudah rentan di Jalur Gaza terancam bahaya.

Falk menyoroti nasib buruk pasien di Jalur Gaza, yang tak bisa mencari perawatan medis khusus yang terjangkau di Mesir akibat penutupan Mesir atas tempat penyeberangan Rafah selama beberapa pekan belakangan.

Selama dua pekan terakhir, sebanyak 3.000 warga, termasuk anak-anak, yang tinggal di Permukiman Az Zeitoun dan sekitarnya di Jalur Gaza telah menghadapi air limbah di jalan setelah air limbah instalasi terbesar pengolahan limbah di daerah tersebut meluap akibat listrik padam.

Falk mengatakan stasiun lain pengolahan limbah mungkin segera kehabisan bahan bakar buat generatornya dan mengakibatkan air limbah meluber ke jalan-jalan di Jalur Gaza. Para ahli medis telah memperingatkan mengenai resiko serius berupa penyakit, dan bahkan wabah.

“Sebanyak 40 persen warga Jalur Gaza mendapat air hanya sekali setiap tiga hari,” katanya. “Dalam situasi kebutuhan darurat ini mereka yang mampu secara mengejutkan membeli air yang tidak aman dari distributor dan pedagang air yang tak memiliki izin.” “Kita tak boleh melupakan bahwa penyebab utama kurangnya perawatan ahli dan instalasi medis yang layak di Jalur Gaza adalah akibat dari blokade tidak sah Israel,” kata Falk. (Ant/Xinhua-OANA)