Pawai Mainan Anak-Anak Meriahkan Festival Loloan Jaman Lame

Jembrana (Metrobali.com)-

Mainan tradisional anak-anak kembali meriahkan Festival Loloan Jaman Lame di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana. Mainan anak-anak puluhan tahun lalu ini, Kamis (5/9) berkeliling serangkaian menyambut peringatan 1 Muharam 1441 Hijriyah.

Diawali dengan pawai obor iringan ratusan anak-anak membawa mainan tradisional yang berbentuk cikar-cikaran ikut pawai dengan rute dari Loloan Timur, Lelateng, Loloan Barat dan kembali ke Loloan Timur ini.

Mainan kuno terbuat dari kayu dan bambu ini sengaja ditonjolkan karena di masa lalu sering dipergunakan anak-anak saat bermain. Namun kini mainan ini mainan ini sudah tidak musim lagi lantaran tergerus tehnologi. Belakangan untuk menarik minat anak-anak, mainan tradisional ini dimodifikasi seperti dipasang sentir dan hiasan warna warni lampu dibagian tertentu.

Ketua Panitia Penyelenggara, Habibil Muafi mengatakan tujuan dari Festival Loloan Jaman Lame merupakan salah satu upaya untuk melestarikan seni budaya yang ada di Loloan yang juga menyambut peringatan 1 Muharam 1441 Hijriyah. “Dulu mainan seperti cikar-cikaran ini sangat disenangi anak-anak kecil.Tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Karena itu, bentuk tradisi ini perlu kita lestarikan lagi. Ini sebuah bentuk permainan tradisional” ujarnya.

Menurutnya peserta pawai kurang lebih 500 orang dengan melibatkan anak-anak dari Loloan Timur, siswa sekolah terdekat dan juga anak-anak Remaja Loloan Timur. Festival Loloan Jaman Lame bertemakan Menjaga Tradisi Merajut Silahturahmi tidak hanya menonjolkan permainan anak-anak juga menampilkan tradisi dan pakaian pengantin khas Loloan serta cara berpakaian ibu-ibu ala kuno seperti Awik (semacam kerudung) dan kebaya dengan kain songket khas Loloan.

Budayawan Jembrana, DS Putra menilai kegiatan Festival Loloan Jaman Lama cukup menariknapalagi sampai melibatkan masyarakat. “Saya tertarik pada Loloan sudah sejak lama. Karena itu banggalah jadi orang kampung di tengah jaman milineal, dan tetap menjaga tradisinya” ujarnya.

Sesuai agenda malam harinya digelar event unik merubah loloan sekarang menjadi jaman lame (kuno) khususnya lokasi di jalan Loloan Timur. Jalan tersebut diseting ditutup sementara, menjadi perkampungan lama tanpa listrik, namun hanya menggunakan obor. Selain itu panitia juga akan membuat beberapa stand di antaranya stand pengantin kuno, khitanan anak dengan memajang alat khitan tempo dulu dari bambu, stand kuliner kuno seperti jaje kopyor, bubur sure, tapeng, janda merias dan beberapa kuliner kuno lainnya.

Kegiatan ini berdampak pada prekonomian warga setempat. Salah satunya perajin pembuatan mainan tradisional, Ibnu Hobir (22). “Dari kegiatan ini setiap tahun saya bersama teman teman dapat mengais rezeki” ujarnya.

Untuk membuat mainan seperti cikar-cikaran Ibnu hanya membutuhkan waktu dua jam. Dalam sehari ia bersama teman teman bisa membuat sepuluh mainan cikar-cikaran. Mainan cikar-cikaran dibuat dari bahan bambu, tali dan sandal bekas sebagai roda. Supaya menarik dihiasi prita (botol bekas sebagai wadah minyak tanah). Hasil buatannya dijual seharga Rp.15 ribu dan 20 ribu. Namun tidak semua anak-anak membelinya, karena ada juga yang membuat sendiri (oleh orang tuanya). Nampak hadir pada malam pembukaan, H.Musadat Johar, salah seorang tokoh dan seniman drama khas Loloan. (Komang Tole)