Apresiasi 9 Tari Tradisi Jadi Warisan Budaya UNESCO

Pemprov Bali menggelar pementasan sembilan tari di Gedung Ksirarnawa

Pemprov Bali menggelar pementasan sembilan tari di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar , Rabu malam (30/12).Nampak Gubernur Bali menyerahkan kenang-kenangan kepada seniman Bali.

SEBAGAI bentuk syukur dinobatkannya 9 tari tradisi Bali sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Badan PBB yang menangani Pendidikan dan Kebudayaan , UNESCO, Pemprov Bali menggelar pementasan ke sembilan tari tersebut di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar , Rabu malam (30/12).

Gubernur Bali , Made Mangku Pastika, yang turut menyaksikan pementasan tersebut mengatakan agar perayaan rasa syukur ini dimaknai bukan semata-mata seremonial untuk merayakan penobatan tersebut. Namun juga menjadi salah satu motivasi tinggi untuk semua komponen masyarakat Bali untuk senantiasa memantapkan komitmen dalam mengupayakan pembinaan dan pelestarian kebudayaan daerah secara berkelanjutan, tidak hanya demi kebudayaan itu sendiri, tetapi yang lebih penting adalah bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Bali, terutama kesejahteraan seniman dan budayawan di dalamnya.

“Tarian Bali memang unik, saya yakin tidak ada yang seperti tarian Bali di masyarakat mana pun di dunia. Setelah penobatan ini, perlu upaya lain yang lebih sigap dalam membangkitkan, membina dan melestarikan semua warisan budaya yang ada di Bali untuk diperkenalkan kepada dunia,” tegas Pastika.

Dijelaskan Pastika, dalam upayanya membina dan melestarikan  warisan budaya yang dimiliki Bali, Pemprov Bali sudah menyusun agenda bagi program pagelaran. Yang awalnya hanya 1 kali dalam program pagelaran Pesta Kesenian Bali (PKB), kedepannya akan ditambahkan dengan program pementasan Bali Mahalango dan Nawa Natya, hingga totalnya terdapat 3 event pagelaran besar yang dilaksanakan di Taman Budaya. Tidak hanya sebatas itu, melalui kerjasama dengan ISI Denpasar Pastika juga berharap bisa diadakan pementasan setiap hari sehingga mampu memberikan ruang bagi para seniman untuk berkreasi.

“Jika hanya PKB yang hanyak sebulan tidak cukup waktunya, banyak seniman yang tidak bisa tampil, mereka komplain, makanya saya nanti akan ada 3 pagelaran, sehingga semua seniman bisa tampil. Bahkan sepanjang tahun, setiap hari saya ingin ada pementasan yang diisi oleh ISI Denpasar dan sekeha-sekeha lainnya. Sehingga ada ruang berkreasi dan laboratorium seni bagi para seniman, dan budayawan untuk menunjukkan eksistensi seni Bali,” imbuh Pastika.

 Gubernur Pastika yang kala itu didampingi Ny. Ayu Pastika, Plt. Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali, Ketut Teneng, serta Pimpinan SKPD dilingkungan Pemprov Bali, juga berharap ada tindak lanjut dari pihak-pihak terkait terhadap penetapan 9 Tari Tradisi itu. Tindakan yang diharapkan berupa kegiatan-kegiatan nyata yang dapat memantapkan eksistensinya, sehingga layak ditetapkan sebagai Warisan Dunia.

Ia meminta bagi Seni Wali yang tidak boleh dipentaskan selain dalam kaitan upacara, agar terus dilaksanakan pembinaan dan memfasilitasi sarana prasarana pendukung. Sementara, terkait dengan Seni Bebali dan Balih-balihan agar diberikan ruang lebih banyak untuk dipentaskan, sehingga lebih dikenal masyarakat luas dan mampu menarik minat masyarakat untuk mempelajarinya. Tidak berhenti sampai disana, pengembangannya pun dihimbau dilaksanakan pada tingkatan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, yang dimasukan dalam kurikulum, sehingga selain untuk pengembangan dan pelestarian seni tarinya, juga sebagai bagian membangun generasi muda Bali yang berkarakter.

Gubernur Pastika pada kesempatan itu juga menyampaikan terima kasih dan apresiasinya kepada Tim Pengusul, yang telah menggagas usulan dan memperjuangkan Tari Tradisi tersebut kepada UNESCO. Kedepannya Pastika berharap ada unsur kebudayaan daerah lainnya, benda atau tak benda, yang bisa diperjuangkan lagi sebagai warisan budaya dunia. “Semoga kedepannya selain seni tari, ada seni lainnya yang bisa diperjuangkan sebagai warisan budaya dunia. Seperti misalnya seni rupa, seni lukis  Kamasan dan Batuan itu sangat khas, pengerjaannya rumit, butuh waktu 6 bulan untuk menyelesaikan 1 lukisan. Perlu kita lestarikan juga itu, kalau dibiarkan nanti bisa punah,” pungkas Pastika.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Berata, dalam laporannya menyatakan perayaan dan pementasan 9 Tari Tradisi Bali yang berhasil memperoleh penghargaan tersebut sebagai wujud rasa syukur, yang nantinya juga mampu memotivasi semangat untuk selalu mempertahankan keberadaan Warisan Budaya Tak Benda Bali melalui metode perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatannya untuk pelestarian secara lebih luas dan berkelanjutan, sehingga memberikan makna dan kontribusi positif dalam rangka percepatan pembangunan provinsi Bali di bidang budaya.

Lebih jauh Berata menjelaskan pementasan tersebut sepenuhnya merupakan kerjasama dan dukungan penuh dari lembaga seni dan sanggar-sanggar yang ada di Bali diantaranya ISI Denpasar, SMKN 3 Sukawati Gianyar, SMKN 4 Bangli, SMKN 5 Denpasar, serta Sanggar Kertha Jaya Pedungan Denpasar. Dan untuk memaksimalkan pementasan penampilan tersebut, para tokoh seni dan budayawan yang sekaligus sebagai praktisi seni, seperti Prof. Dr. I Made Bandem, MA, Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., MA, Dr. I Nyoman Catra, SST., MA, Dr. I Nyoman Astita, MA, didampingi oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, telah terjun langsung berpartisipasi untuk membina dan memberikan arahan kepada para Seniman yang tampil.

 Sebagai bentuk apresiasi kepada tokoh seni yang sudah berjuang melestarikan Tari Tradisi Bali, acara juga diisi dengan pemotongan tumpeng oleh Gubernur Bali yang diberikan kepada 9 (sembilan) tokoh seni yang mewakili Tari Tradisi Bali tersebut, yakni I Made Suja mewakili Tari Sanghyang, Ida Made Tjelantik mewakili Tari Rejang, I Made Tingas mewakili Tari Baris Upacara, I Made Jimet mewakili Tari Gambuh, I Nyoman Sumantri mewakili Tari Topeng Sidakarya, I Nyoman Arcana mewakili Tari Wayang Wong, I Ketut Arini mewakili Tari Legong Keraton, I Wayan Muliana mewakili Tari Barong Ket, serta I Ketut Suentra mewakili Tari Joged Bumbung. Dan sebagai pemahaman tentang pakem-pakem Tari Tradisi Bali, juga diadakan peragaan oleh Prof. Dr. I Made Bandem, MA. AD-MB