Keterangan foto:  Ketut Sugiasa, Ketua DPRD Jembrana/MB

Jembrana, (Metrobali.com) –

Pemilihan dan pemungutan suara Pilgub Bali 2018 sudah berlangsung. Hasil perolehan suara sementara, pasangan calon (Paslon) nomor urut 1, Koster-Ace masih menggungguli perolehan suara Paslon nomor urut 2, Mantra-Kerta, dengan perolehan suara 81.783 suara (52, 9 persen) berbanding 72.801 suara (47,1 persen).

Dari 51 desa/kelurahan di Kabupaten Jembrana paslon Koster-Ace yang diusung PDI-P hanya unggul di 32 desa/kelurahan.

Terkait perolehan suara paslon Koster-Ace yang jauh dari target sebesar 70 persen, Ketut Sugiasa mengatakan hal ini sudah dijelaskan oleh ketua tim pemenangan (Made Kembang Hartawan).

“Gerakan partai sebenarnya sudah luar biasa. Yang namanya politik, apapun pilihan masyarakat harus dihargai” ujar Sugiasa ditemui di Polres Jembrana, Selasa (3/7).

Namun menurutnya, apapun hasilnya ia optimis paslon yang diusung PDI-P, Koster-Ace pasti mampu mengisi visi dan  misinya.

Adanya kekalahan disejumlah desa dan kelurahan menurutnya, partai sebenarnya sudah berkerja dan turun disemua kecamatan, namun itulah realita dilapangan. “Perkiraan kita di 70 persen, meleset sedikit itu biasa tidak apa-apa, tidak masalah” ujar Sugiasa, yang juga Ketua DPRD Jembrana.

Terkait kekalahan di Kecamatan Negara menurut Sugiasa, tidak banyak, hanya 2000-an. Namun terkait kekalahan di tujuh desa dan kelurahan akan menjadi evaluasi. Karena kalau dikaitkan dengan pembangunan Bupati dan Wakil Bupati Jembrana sudah bekerja dengan maksimal.

“Mungkin maunya apa, kita kan belum tahu, nanti kita lihat. Apakah mungkin karena kita yang kurang rajin atau bagaimana” tandasnya.

Ia menduga faktor kekalahan lainnya bisa dimungkinkan karena tidak semua desa bisa didatangi saat sosialisasi karena keterbatasan waktu. “Satu hari 6 titik bukan hal mudah, jadi hanya dapat setengah jam-setengah jam bagaimana caranya. Ini juga salah satu penyebab” ungkapnya.

Penyebab lainnya lanjutnya, mungkin masyarakat sekarang perlu diberikan pemahaman dan juga ada faktor lain. Namun apapun itu merupakan hal biasa dalam politik karena masyarakat tidak bisa dipaksa.

“Pemilih sekarang sudah cerdas. Yang terpenting sekarang tidak ada kalah dan menang, yang menang adalah masyarakat Bali umumnya dan Jembrana. Bagi saya yang menang adalah rakyat. Yang perlu dipikirkan bagaimana cara membangun Bali secara keseluruhan” pungkasnya.

Pewarta: Komang Tole
Editor: Hana Sutiawati