Pasca Damai dengan Pecalang, Rumah Malah Dilempari Batu
Ilustrasi–rumah dilempar batu
Denpasar, (Metrobali.com)-
Putu Kembar alias Putu Abdullah (37) sebelumnya ditulis 27 tahun, merasa tersudutkan dengan pemberitaan di media, yang menyebut seolah-olah dirinya lah yang berbuat onar terlebih dahulu dengan pecalang saat moment Nyepi, Selasa (28/3/2017).
Kejadian tersebut bermula saat Putu Abdulah, hendak melakukan sholat Dzuhur ke mushola Ar Raodah yang tak jauh dari rumahnya di Jalan Kali Mutu, Denpasar Barat, dengan menggunakan sepeda, Selasa (28/3/2017) sekitar pukul 12.30 wita.
Menurut pengakuan salah satu sahabat korban yang enggan namanya ditulis ini mengatakan, sejak menjadi mualaf, sehari-hari korban sering menjalankan ibadah sholat di mushola tersebut. Dan menurutnya, korban murni hendak menjalankan ibadah di mushola tersebut.
Informasinya, belum sampai di mushola, oleh pecalang, korban dihentikan laju jalannya. Saat itu korban belum sempat menjelaskan duduk masalahnya, namun korban mengaku dikritik duluan. Dan korban langsung dipukul.
Masih menurut keterangan sahabat korban, Putu Abdullah sempat mengalami kejang dan pingsan karena dipukul kepala belakangnya dan dipegang orang-orang.
“Korban dikeroyok, karena dikeroyok akhirnya melawan. Bahkan istri korban sempat dicari banyak pecalang mereka minta surat nikah dan mereka difitnah. Istri korban mengaku kalau suaminya dipukul duluan dan istri korban juga dimarah-marah sama pecalang,” ujar sumber kepada Metrobali.com, Selasa (28/3/2017) malam.
Pasca peristiwa itu, menurut sumber telah terjadi kesepakatan damai antara korban dengan pecalang bernama I Ketut Warta (53), di Pos Pol Maning maning, Denpasar Barat.
Keduanya membuat kesepakatan damai dengan membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Namun kesepakatan itu diduga dilanggar oleh terduga pecalang. Informasi yang berhasil dihimpun, rumah atau kost Putu Abdullah dilempari batu oleh seseorang yang tidak dikenal, pada Selasa (28/3/2017) sekitar pukul 22.19 wita malam.
“Rumah korban dilempar batu, dan ketika korban mencari orangnya keluar tapi pelaku lari dan korban gak tau siapa yang melempari rumahnya,” ujar sumber menirukan keterangan saksi istri korban yang mengaku ketakutan lantaran rumah mereka dilempari batu.
Pasca pelemparan batu, korban berniat melaporkan peristiwa itu ke Polsek Denpasar Barat.
Dikonfirmasi kepada Kanit Denpasar Barat Iptu Aan Saputra mengaku, pihaknya hingga kini belum menerima laporan adanya peristiwa pengeroyokan yang dilakukan oleh pecalang di Jalan Kali Mutu, Denpasar Barat.
“Gak taulah saya, kita kan gak tau malah tadi katanya di musholah ramai, tapi setelah kita cek gak da, dan memang tidak ada laporan, katanya mereka sudah damai di Pospol Monang maning,” tukasnya singkat dihubungi Selasa (28/3/2017) malam.SIA-MB
20 Komentar
berarti benar kata munarman.
mana bukti dari kata2 munarman??makanya udah tau nyepi ya jangan keluar rumah..toh korban aslinya orang Bali harusnya tau itu..
Nyen nunden ngabo motor pas Nyepi..Bandara gen tutup…sukuri.keto bo upahne…
bawa sepeda onthel pak bukan sepda motor, coba dibaca
HORMATILAH HANYA 1 HARI DLM SATU TAHUN
tidak perlu sampe dikeroyok kyk maling juga kan brow…
malu hati ini melihat hal , bagaimana mungkin seoarang mualaf diberikan hidayah untuk tegak menjalankan perintah sholat lima waktu di masjid , sedangkan kami yang notabene muslim dari lahir tidak memiliki keinginan atau malah tidak diberikan hidayah untuk melangkahkan kaki ke masjid ..
semoga hal ini menjadikan kita pribadi yang merasa malu melihat saudara baru kita sudah melampaui keimanan kita
Nyepi hanya dibali, 1 kali setahun, sudah diinfo sebelumnya. Toleransi harus dari 2 belah pihak. bila tidak mau ikut, pindah saja ke kota lain juga bisa. Tidak susah bukan?
Pun apakah benar karena hal itu? Berita mengambang.. katanya katanya saja… toleransi yang terpenting.
Sengaja ditutup-tutupi kasus ini oleh pihak yg berwenang..
bahaya nanti jadi sekam saat terjadi lagi bisa saling serang
pedalem nyama masih
nak asli bali walau beda keyakinan tetap saudara iraga sebali
kasih aja kesempatan dia sholat pasti ndak ada masalah
kalau pecalang ngaku nak bali pasti dengan senang hati mengantar saudaranya menjalankan ibadahnya , dan ini yang biasa dilakukan dikampung tiang
tiang nak bali asli, sampe pekak tiange heran2 anake jani rengas kuang pengetahuan
pidan waktu nyepi nak pade gelar tiker ngae tipat dijalan nak hindu nak muslim saling tulung , makan bareng , sing ade ne protes
lamun kene kar dadi ape gumin baline?
ape kar alih de?
nyama braya diutamakan do ane jleme rasis ane dingehang…
suud mefacebook ato sosmed
mai pesu uli umah sambil maen bareng care jaman pidan
peace and love for bali unity
Setuju sajan bli… tiyang walau nak islam tapi tiyang kelahiran bali… darah tiyang masi darah bali. Jeg jakti tiyang rindu sareng masa2 indah persaudaraan care jaman tiyang cenik. Nak i raga ne sujatinne nak menyama onyangan.
pak sing mace beritane ho,anake ento nak sempedo abano puaakkkk,alias baissingkel,sing bais mejalan,sempedo to pak sempedo,len nak embergengsi mare cocok ngabe montor puaakk,ne kan nak nyepi nak dadi alih tongos ane puaekan puakkk anggo mebakti,yen liunan caro iyo ngelah keneh berarti sing nyepi adane puaakkk,rame adane puaakk mekejang ngabe sempedo,harusne iyo ane ngerti,dmana bumi dipijak disana langit di suun puakkk.ken nyepi awaine sing kodag bano puaakkk
kasihan istrinya pasti ketakutan , kita harus bisa berposisi seperti mereka
mungkin pemilihan petugas pecalang harus diperketat karen ini sangat mempengaruhi performa kedepannya
saya dengar di banjar digebuki juga si putu ini …
mungkin agak keterlaluan
kalau sampai mati si putu bisa jadi pencorengan kekuatan bali dalam hal toleransi…
lebih baik dari banjar mengeluarkan statement atau sanksi adat bila benar pecalang tersebut bersalah
Harus bersabar dan memang banyak ujian yg diberikan oleh Allah kepada umatnya… Bentuk ujian itulah seberapa besar apa keimana kita untuk selalu bertakwa ke pada Allah SWT… Jangan menyerah saudara ku Putu Abdullah… Semoga ini merupakan syiar islam mu kepada orang2 yg disekitar mu… Semoga mereka sadar bahwa islam itu damai…
Hidup lah rukun saling menghargai dan mengasihi itu ajaran dari tuhan kita srmua,yg menjalankan hari raya nyepi kita hormati dan yg menjalankan perintah sholat jg kita harus hormati karena ke2 nya perintah agama kita masing” tidak perlu memaksakan kehendak atas perbedaan agama ,jika ada perbedaan pandangan itu yg perlu di luruskan dan diajak diskusi maksud dan tujuannya bukan di hakimi ,damai itu indah jk kita berfikir positif “save bali keep tolerance” ??
Sepertinya ada skenario dalam hal ini, Putu Abdullah dulu Hindu pasti sangat tahu kalau Nyepi warga tidak boleh berkeliaran, walaupun mau menjalankan ibadah, ada ketentuan dilakukan di mushola terdekat, artinya dia sudah tahu akan konsekuensinya, tapi malah sengaja memancing di air yang keruh….
Sepertinya berita ini tidak benar…….hati-hati upload berita tolong cari fakta yang sebenarnya dan objektif
Sebaiknya hari raya Nyepi dijaga oleh Pecalang Muslim. Tinggal dikasi pembekalan sebelum bertugas oleh lembaga adat dan dibayar uang hariannya.. Dijamin gak ada pelanggaran.
Luar biasa, sesama orang bali ribut dan adu jotos karena perbedaan kecil saja, ini tandanya semeton bali mudah sekali diadu satu sama lain, saya prihatin, beda ormas adu jotos, beda wangsa adu jotos, beda parpol adu jotos