Pasar Tradisional

Jakarta (Metrobali.com)-

Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto, mengatakan pasar tradisional di seluruh Indonesia berada dalam ancaman serius bahkan bisa hilang dalam 10 tahun mendatang jika tidak didukung kebijakan yang memihak kepadanya.

“Kalau dibiarkan dan tidak ada perubahan kebijakan yang mendorong bagi perbaikan manajemen maka dalam satu dekade mendatang posisi pasar tradisional akan habis digerus oleh merek pasar asing,” kata Suroto di Jakarta, Kamis (14/8).

Pihaknya memantau pasar tradisional dalam perkembangan satu dekade ini telah mengalami penyusutan volume bisnis.

Suroto memastikan penetrasi pasar modern terhadap pangsa pasar tradisional sudah mencapai hampir 50 persen.

“Padahal pasar tradisional ini fungsinya cukup strategis karena selain membuka lapangan kerja bagi banyak orang, juga berfungsi untuk pemasaran industri rumah tangga makanan olahan, petani dan peternak skala kecil, serta perajin,” katanya.

Oleh karena itu ia berharap pemerintah mendatang mampu memberikan prioritas penting pada keberadaan pasar tradisional ini.

Menurut dia harus ada perombakan manajemen besar-besaran mulai dari manajemen tata ruang, pembangunan, hingga operasionalnya.

“Saya berharap Presiden mendatang bisa mengambil alih persoalan ini sebagai persoalan nasional karena ini sudah menyangkut persoalan bangsa secara luas, bukan hanya masalah dagang semata. Kalau perlu alokasikan dana secara besar-besaran dari APBN untuk pembangunan dan peningkatan kapasitas manajemen pasar tradisional,” katanya.

Lebih lanjut, kata dia, para pedagang mestinya diberikan harga sewa kios yang murah namun dengan prasyarat jaminan kualitas produk dan manajemen sampai dengan komitmen alokasi gaji layak untuk pekerjanya.

Selain itu segmentasi pasar tradisional yang sudah terbangun kuat citranya selama ini juga perlu terus dipertahankan dan kalau perlu diposisikan ulang oleh konsultan manajemen profesional.

“Kalau disain manajemennya diperbaiki, posisi pasar tradisional pasti akan menjadi basis pertahanan ekonomi rakyat. Bahkan bisa memunculkan dampak strategis lainnya dalam industri wisata,” katanya.

Akses memantau selama ini para pedagang-pedagang kecil di pasar tradisional harus menanggung beban yang berat.

“Bayangkan saja, nilai los kecil saja bisa dijual sampai ratusan juga, padahal biayanya tidak lebih dari Rp20 juta. Akibatnya jelas para pedagang tidak bisa kompetitif dan juga menekan para pekerjanya. Rantai pasar yang tidak sehat ini harus dihentikan,” kata Suroto. AN-MB