I Ketut Marjana, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali

Bangli (Metrobali.com) –

Pesatnya kemajuan kepariwisataan di Kabupaten Bangli tidak lepas dari semakin tingginya kesadaran masyarakat akan potensi daerahnya terutama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang terus memacu wilayahnya agar bisa dilirik oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

“Destinasi yang menonjol masih terfokus di dua tempat wisata seperti Desa Penglipuran dan Toya Devasya yang membawa dampak menggeliatnya perekonomian di daerah sekitarnya seperti tumbuhnya villa dan guest house serta warung-warung usaha penduduk,” kata I Ketut Marjana, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali saat ditemui metrobali.com, Sabtu (21/12/2019).

Menurutnya, Hal ini bahkan memicu dukungan perkembangan atraksi wisata lain seperti Air Terjun Tukad Campung dan kunjungan wisata ke Pemelukatan (Permandian Suci) di Desa Salah yang diberkahi perpaduan antara bertemunya beberapa aliran sungai (campuan) yang dipercaya memberikan energi (aura positif).

“Yang menjadi sorotan adalah bagaimana Pemkab Bangli terus memfasilitasi dengan dukungan infrastruktur jalan dan fasilitas umum di destinasi tersebut, jangan sampai kondisi jalan masih kurang baik, ketersediaan WC umum yang belum memenuhi standar dan lokasi parkir mobil yang belum tertata namun restribusi parkir tetap dipungut kepada wisatawan,” harap Marjana.

Kedepan, Pihaknya berharap selaku Ketua PHRI Bangli dan para pelaku usaha lain agar dapat bersama-sama dengan Pemkab Bangli untuk membuat suatu rencana program yang komprehensif untuk memajuan dunia kepariwisataan Bangli agar sejalan dan tidak kontra produktif (tumpang tindih).

Namun pihaknya memberikan apresiasi kepada Pemerintah dengan adanya perbaikan infrastruktur jalan di kawasan Geopark Batur yang mampu meningkatkan arus wisatawan ke wilayah tersebut.

Rencananya pada 8 Februari 2020 akan diselenggarakan Festival Kintamani yang akan dikunjungi oleh para wisatawan domestik dan mancanegara terutama turis dari China untuk datang mengunjungi Kintamani, “Sebab event tersebut banyak mengeksplorasi sejarah akulturasi budaya Tiongkok di kawasan ini ratusan tahun yang lampau,” pungkas Marjana. (hd)