Denpasar (Metrobali.com)-

Memasuki hari ke 7 parade gong kebyar dan kesenian klasik
yang digelar Pemkot  Denpasar selalu dipadati penonton. Seperti tampak
kemarin malam ketika dua sekeha gong anak-anak Kecamatan Dentim dan
Denut beradu kebolehan. Penonton begitu antusias menyaksikan
penampilan mereka tak ketinggalan Sekda Kota Rai Iswara beserta
seluruh jajaran SKPD turut menyaksikan hingga akhir acara, Sabtu
(15/10).

Memasuki hari ke 7 sejak digelarnya parade gong kebyar dan kesenian
klasik 6 Oktober kemarin, merupakan hari pertama bagi kelompok segeha
gong anak-anak untuk memulai penampilannya dan sekaligus hari terakhir
bagi segeha gong wanita. Selama pelaksanaan, dukungan penonton tidak
pernah sepi apalagi event kali ini ada nuansa baru dimana
masing-masing sekaha gong diwajibkan membawakan satu tarian jenis
petopengan. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik penonton untuk
hadir di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung disamping
kepiawaian para penabuh dalam memainkan gamelan dengan instrumen
gending yang begitu memikat. Mengenakan  udeng warna merah hati
dibalut kemeja warna krem dan kamben warna hitam dibalut saput merah
hati, Sg. Anak-Anak Linggar Sari Br. Sima Sumerta Kaja Dentim memulai
penampilannya dengan tabuh kreasi lelambatan. Tabuh ini mampu
dibawakan dengan manisnya namun sedikit sayang akibat semangat yang
berlebihan para penabuh sering kehilangan tempo, ujar salah seorang
pengamat I Gst Ngr. Padang. Namun kepiawaian penabuh dalam memainkan
perangkat gamelan tidak diragukan lagi terutama tukang kendangnya.
Disisi lain penampilan Sg. Anak Semadhi Dharma Br. Poh Gading Ubung
Kaja Denut juga tidak kalah menarik. Dengan balutan kemeja warna hijau
kamben hitam saput merah serta udeng warna merah marun ngenjik, sekeha
ini memulai penampilannya dengan sebuah tabuh kreasi lelambatan dengan
menonjolkan ritme dan permainan tempo. Tabuh yang dibawakan tampak
lebih dinamis dan harmonis dengan tempo yang terjaga. Diakhir
penampilan kedua sekeha menyajikan tarian pamungkas yaitu berupa tari
topeng masing-masing Jauk oleh Sg. Linggar Sari Sumerta Kaja dan
Topeng Keras oleh Sg. Semadhi Dharma Ubung Kaja. Sebelumnya penampilan
2 Sekeha Kesenian Klasik juga tidak kalah menarik terutama tampilnya
seni barong landung yang disajikan Sekeha kesenian Klasik Br. Lantang
Bejuh Sesetan yang mengambil lakon Walu Nateng Dirah. Namun sayang
karena kurangnya dukungan sound sistim akhirnya penampilan mereka
kurang greget karena tembang-tembang yang dibawakan para pemainnya
tidak bisa didengar penonton. Yang membanggakan dalam pementasan
kemarin hingga akhir acara penonton tidak pernah beranjak dari tempat
duduknya seraya mengekspresikan kekagumannya dengan terus memberi
aplaus. (Sdn.Hms.Dps.).