KTT para pemimpin negara-negara anggota NATO di Hotel “The Grove” Watford, Inggris, 4 Desember 2019. (Foto: dok).

Banyak pakar mengatakan, berita paling penting yang muncul dari KTT NATO di London belum lama ini adalah untuk pertama kalinya NATO menyebut China sebagai tantangan strategis. Mereka mengatakan China berusaha mendominasi industri teknologi tinggi lewat raksasa teknologinya Huawei, membangun kekuatan militer yang setara dengan Amerika, dan menghubungkan banyak penduduk dunia lewat pembangunan Jalan Suteranya yang baru. Reporter VOA Jela de Franceshi berbicara dengan dua mantan komandan tertinggi NATO mengenai resiko geostrategis yang dihadapkan China.

Pembicaraan pada pertemuan NATO di London itu berpusat pada pengakuan bahwa China adalah pesaing kuat bagi aliansi pertahanan paling kuat dan paling lama dalam sejarah.Mantan komandan tertinggi NATO, Jenderal James Jones mengatakan, China lebih gesit dan lebih kuat dari Uni Soviet dulu.

“Tujuan strategis mereka adalah mendominasi rakyat mereka sendiri, dan sebanyak mungkin kawasan dunia yang bisa dijangkaunya. Mereka melakukannya dengan cara yang sangat cerdik, dengan menginfiltrasi dan melakukan investasi dalam perekonomian kita dengan menggunakan cara-cara yang hampir mirip dengan sistem kapitalis. Pada waktu yang bersamaan, mereka juga membangun jaringan mata-mata siber dan melakukan pencurian hak kekayaan intelektual dengan cara yang luar biasa efektif.”

China berusaha menguasai infrastruktur digital abad ke-21 dengan bantuan raksasa teknologinya Huawei. Jenderal Jones memperkirakan China akan memanfaatkan posisinya yang kuat untuk menyaingi Amerika dan sekutu-sekutunya.

“Organisasi seperti NATO harus memiliki sebuah sistem keamanan yang sama untuk bisa bertahan.Kita tidak bisa membiarkan 10 negaramenggunakan teknologi Huwaei, dan 20 negara lainnya teknologi yang lain.Ini masalah sekarang, bukan masalah 10 tahun lagi.”

Jones mengatakan, perlombaan untuk menguasai jaringan komunikasi 5G sama pentingnya dengan usaha manusia untuk membuat bom atom yang pertama dan mengirim manusia ke bulan.

Jenderal Wesley Clark, mantan komandan tertinggi NATO di Eropa. (Foto: dok).
Jenderal Wesley Clark, mantan komandan tertinggi NATO di Eropa. (Foto: dok).

Jenderal Wesley Clark, mantan komandan tertinggi NATO di Eropa mengatakan, “China adalah kekuatan yang sedang bangkit; jumlah penduduknya empat kali lebih banyak dari Amerika, dan Chinamemiliki penduduk kelas menengah yang jumlahnya lebih besar dari seluruh penduduk Amerika. China juga sangat berhasil menarik investasi dan teknologi asing”.

Clark juga mengatakan, untuk mengurangi risiko, NATO harus bisa menyusun rencana untuk mematahkan usaha China menjadi kekuatan global nomor satu.

“Tidak ada manfaatnya bagi Amerika untuk membatasi akses China ke teknologi kita bila Jerman, atau Perancis, atau sekutu-sekutu lainnya menjual teknologi yang sama ke China.Itulah masalah kita. Kita harus bekerjasama dengan sekutu-sekutu kita.Jika kita melakukan itu, kita bisa mengatasi tantangan dari China.”

Seruan Washington untuk memberikan perhatian lebih banyak pada China, juga mendapat sambutan baik di Eropa, yang khawatir akan kekuatan ekonomi China yang terus bertambah dalam bidang ekonomi, militer dan teknologi siber.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan, “Untuk pertama kalinya kami membahas bangkitnya China, baik dari segi tantangan yang dihadapi, ataupun dari kesempatan baru yang terbuka, serta implikasinya bagi keamanan kita. Para pemimpin sepakat kita perlu menghadapi hal ini bersama-sama sebagai suatu aliansi.”

NATO, yang beranggotakan 29 negara, memperingati ulang tahunnya yang ke-70 awal Desember.Pakta Pertahanan Atlantik Utara ini mewakili separuh kekuatan ekonomi dan militer dunia. [ab/uh] (VOA)