Pangdam Udayana Bawa Temaja

Tabanan (Metrobali.com)-

Pangdam IX Udayana Mayor Jenderal TNI Wisnu Bawa Tenaya menegaskan, jiwa patriotik, heroik dan militansi serta nasionalisme pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai yang gugur 20 Nopember 1946 atau 68 tahun yang silam harus menjadi penyemangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

“Kegigihan dan jiwa patriotisme tanpa pamrih sudah selayaknya apa yang dilakukan Pahlawan I Gusti Ngurah Rai menjadikan teladan bagi kita semua dalam mengabdikan diri kepada bangsa dan negara sesuai profesi masing-masing,” kata Pangdam Mayjen Wisnu Bawa Tenaya di Desa Pekraman (adat) Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kabupaten Tabanan, 25 km barat laut Denpasar, Selasa (3/6).

Ia mengatakan hal itu dalam sambutan tertulis dibacakan Kepala Pembinaan Mental (Kabintal) Kodam IX Udayana Kolonel CAJ I Dewa Ketut Buana ketika meresmikan monumen I Gusti Ngurah Rai di pelataran Pura Dalem Base Pekraman Ole.

I Gusti Ngurah Rai seorang pahlawan dari Desa Carangsari, Kabupaten Badung yang semasa hidupnya berjuang dengan tanpa pamrih, tanpa menuntut jasa dan menghitung untung rugi.

Dengan semangat patriotisme yang tinggi Ngurah Rai terpanggil untuk mendarmabhaktikan jiwa dan raganya untuk mengusir penjajah dan rela meninggalkan keluarganya.

Pangdam Mayjen Wisnu Bawa Tenaya menjelaskan untuk mengenang pahlawan I Gusti Ngurah yang merupakan kebanggaan bangsa Indonesia dan masyarakat Bali pada umumnya, maka di pelataran Pura Dalem Base Ole yang menjadi saksi bisu perjuangan 68 tahun silam itu dibangun monumen.

Di kompleks tempat suci itu dibangun monumen I Gusti Ngurah Rai bersama empat pembantunya yang terdiri atas Kapten I Gusti Bagus Sugianyar, Mayor I Gusti Putu Wisnu, Kapten Gusti Wayan Debes dan Wagimin dengan tinggi masing-masing 230 sentimeter.

Pangdam Mayjen Wisnu Bawa Tenaya mengharapkan keberadaan monumen tersebut senantiasa mengingatkan sekaligus memotivasi terutama generasi muda bangsa untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan semangat kebangsaan.

Hanya dengan rasa nasionalisme yang tinggi negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap kokoh berdiri.

Ketua Pembangunan monumen tersebut I Wayan Supra melaporkan, biaya pembangunan berasal dari swadaya masyarakat dan bantuan dari berbagai pihak yang menjadi cita-cita masyarakat sejak puluhan tahun silam.

Keberadaan Pura Dalem Base Desa Adat Ole erat kaitan dengan Puputan Margarana 20 Nopember 1946, karena sebelumnya pasukan I Gusti Ngurah Rai sempat menetap di Banjar Ole dan beberapa kali mengadakan persembahyangan di Pura Dalem Base.

“Bahkan dari Pura Dalem Base ini pasukan bergerak melakukan penyerbuan ke Tangsi NICA di Tabanan untuk mencuri senjata sebagai perlengkapan menghadapi perang di Uma Kaang,” ujar Wayan Supra.

Sampai sekitar tahun 1980-an, peringatan HUT Puputan Margarana selalu dirangkaikan dengan acara persembahyangan di Pura Dalem Basa. Setiap acara napak tilas, Banjar Ole selalu dijadikan sebagai tempat menginap terakhir sesuai dengan bukti-bukti sejarah.

Namun belakangan Banjar Ole dan Pura Dalem Basa seakan dilupakan. Untuk itulah monumen perjuangan di Pura Dalem Basa ini dibangun. Bukan semata-semata agar pura ini dikenang oleh rakyat dan bangsa Indonesia.

Namun untuk menunjukkan kepada generasi muda, bahwa di pura Dalem Base mempunyai kaitan penting dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

“Untuk itu, kami ingin pada setiap tanggal 19 Nopember, di monumen dan Pura Dalem Basa digelar peringatan untuk mengenang sejarah yang penting tersebut. Selain memperingati sejarah perjuangan, juga untuk mengenang bahwa perjuangan akan selalu diikuti dengan doa dan nilai-nilai spiritual,” ujar Wayan Supra. AN-MB