saleh partaonan 1

Jakarta (Metrobali.com)-

Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan sebaiknya lembaga survei yang bekerja untuk Joko Widodo-Jusuf Kalla menghentikan klaim mereka atas kemenangan pasangan tersebut.

“Mereka yang melakukan survei-survei selalu menyatakan sebagai pejuang dan pengawal demokrasi. Karena itu, mengabaikan kebenaran yang akan dihasilkan dalam penghitungan manual oleh KPU sangat jauh dari semangat demokrasi,” kata Saleh Partaonan Daulay dihubungi di Jakarta, Sabtu (12/7).

Menurut Saleh, sikap klaim kebenaran seperti itu bisa jadi akan membenamkan rasionalitas dan mengembangkan klaim kebenaran subjektif yang tidak baik dalam pengembangan demokrasi di Indonesia.

Saleh mengatakan pada Pemilu legislatif sebelumnya banyak lembaga survei yang memperkirakan PDI Perjuangan akan menang telak, bahkan hingga menembus 30 persen. Namun, efek Jokowi yang digembar-gemborkan ternyata tidak terbukti. Rekapitulasi manual KPU membuktikan PDI Perjuangan hanya memperoleh 18,95 persen.

Sebaliknya, partai-partai Islam banyak yang diperkirakan tidak lolos “parliament threshold”. PKS, PPP, dan PAN diperkirakan hanya akan memperoleh suara di bawah 3,5 persen. Prediksi-prediksi itu ternyata meleset jauh. Penghitungan di KPU menyebut partai-partai itu tetap aman.

“Bahkan untuk PAN, mendapatkan 7,59 persen, naik dari perolehan suara pada pemilu 2009. Semestinya, semua pihak tidak terlalu cepat melupakan kesalahan-kesalahan prediksi yang pernah dilakukan lembaga-lembaga survei,” katanya.

Saleh mengatakan sengketa mengenai kebenaran hasil hitung cepat harus dijadikan pelajaran, terutama bagi lembaga survei yang juga berperan sebagai konsultan politik. Bagaimanapun hasil survei yang dilakukan tim sukses pasti bias dan dipenuhi muatan subjektivitas.

Saleh mengatakan pengalaman sebelumnya menunjukkan banyak hasil survei yang berbeda dengan hitungan manual. Dia mencontohkan perkiraan yang dilakukan lembaga-lembaga survei pada Pemilu Gubernur DKI 2012, banyak yang tidak sesuai hitungan KPU.

Waktu itu, kata Saleh, hampir semua lembaga diam atas kesalahan perkiraan mereka. Hanya LSI Denny JA yang berani mengatakan ada anomali dalam pemilu gubernur itu.

“Faktanya, ada beberapa lembaga yang ketika itu salah, sekarang juga juga ikut mengklaim kemenangan Jokowi-JK. Karena sudah pernah salah, maka kemungkinan akan salah lagi terbuka lebar,” katanya. AN-MB