Tjandra -Panen

 

Djaja Tjandra Kirana (70 tahun) adalah sosok yang akrab dalam dunia Seni Rupa dan Photography. Perjalanannya meretas lika-liku kesenian yang digelutinya telah menembus batas zaman dari masa Bungkarno, mengalih ke masa orde baru, kemudian ia tetap setia pada dunianya hingga sekarang. Kondisi dan situasi sulit untuk berproses pernah dinikmati, sebaliknya masa keemasan yang memberikan peran terbaik bagi seni photography, juga telah terlewati. Bila dirumuskan dalam tanda waktu, Tjandra telah melewati masa 50 tahun mengabdikan dirinya pada kesenian.

Setengah abad berkarya tanpa jeda barangkali bisa menjadi refleksi keteguhan seorang Tjandra Kirana mengikatkan jiwanya ke dalam bentuk-bentuk estetika yang senantiasa menawarkan gagasan. Dalam rentang waktu yang panjang itu, Tjanda mendalami mozaik kehidupan yang beragam, sebagian menginspirasi perilakunya dalam berkesenian. Jejak masa lalu, memang tak banyak yang tertinggal karena waktu, namun Tjandra berhasil menyisakan sejumlah karya pilihan yang mampu mewakili dirinya.

Saat ini karya photography yang berlama-lama ia simpan dalam ruang yang tersembunyi akan ditampilkan ke publik dalam pameran photography “Jiwa Cahaya”, di Bentara Budaya Bali, sejak 29 Juni hingga 7 Juli 2014. Menghadirkan karya photo dalam pameran tunggal, memang belum pernah dilakukan seniman yang gemar kuliner ini.  Jiwa Cahaya, dimaknai Tjandra sebagai representasi pikiran yang menempatkan kemuliaan cahaya sebagai bagian dari jiwa dalam karya seni photo, baik jiwa yang melekat menyatu dalam karyanya, maupun penyatuan jiwa senimannya dalam menggeluti objeknya. Esensi itu, lantas menjadi semacam dogma bagi Tjandra untuk berproses. Karena itu tak berlebihan apabila ia menyebut karya yang ditampilkan kali ini merupakan bagian dari jiwanya meretas ruang dan cahaya, yang ia tekuni selama 50 tahun.

 

50 tahun di ranah kreatif, meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional, mendapatkan gelar honoris Causa bidang photography dari Pemerintah Thailand, dan menjadi prakarsa pendirian sejumlah Club Photo,  sejatinya mengukuhkan pencapaian Tjandra Kirana dalam kariernya menekuni photography. Kini saatnya memilih waktu untuk dirayakan di pentas seni. Dorongan yang muncul dari keyakinan itu kemudian menumbuhkan gagasan untuk menampilkan karya photo Tjandra, mengelar pameran semacam retrospektif perjalanan seorang seniman.

Sejumlah 70 karya photo yang dipresentasikan dalam “Jiwa Cahaya”, memiliki keterikatan yang erat dengan perjalanan seorang Tjandra Kirana menjelajah berbagai peristiwa budaya lintas Negara. Sebagian dari karya itu pernah meraih medali dan penghargaan dalam berbagai event dan lomba photography. Sebagian lagi merupakan karya hitam-putih yang diambil dengan kamera tmpo dulu dan proses pencetakannya dilakukan secara mandiri. Keindahan alam Pulau Dewata yang eksotik, ditambah dengan piranti budayanya yang ragam, tampaknya masih mendominasi pameran ini, merkipun masih bisa dilihat hal lain yang terjadi di luar Bali, bahkan di luar Indonesia. Thema yang majemuk akan  memberikan tanda besar, bahwa gerakan dan manuver Tjandra dalam mewujudkan karya photography memang dinamis, menjaelajah kantong-kantong budaya. Di samping itu diselipkan pula sejumlah kamera jaman dulu yang pernah akrab mendampinginya memburu objek.

Tjandra - Aduh......Hampir Lepas

Di usianya yang ke-70, Tjandra seakan berada di tengah eforia kemeriahan dunia photography. Perkembangan dunia digital yang bergerak amat fluktuatif tak mampu dihindarkan. Walaupun dengan mudah ia bisa pahami setiap fitur dalam kamera modern, toh Tjandra merasakan kehilangan interaksi dengan persoalan dan kesulitan yang akrab ia temukan di masa lalu yang sejatinya telah membuat ia menjadi tumbuh dan mapan dalam dunianya. Meski demikian ia tetap akan menjadi sosok yang telah melewati masa transpormasi dari era kamera lubang jarum, sistem analog, semi digital hingga multi digital pernah dijamahnya. “Photo sekarang bisa dilakukan dengan mudah dan murah, semua sudah disediakan dalam kamera, hanya jiwa yang tak mampu masuk dalam kamera”, tutur Tjandra. Karena itu ia yakin bila penjiwaan itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang selalu berproses.

Pameran photo “Jiwa Cahaya”  akan menjadi ajang berbagi ilmu dan pengalaman. Di samping interaksi dan komunikasi melalui karya, D.Tjandra Kirana juga akan melakukan artist talk pada Rabu 2 Juli 2014, pukul 16.00 wita di Bentara Budaya Bali. Momentum ini sungguh amat penting bagi penggemar muda photography untuk menambah wawasan dalam berproses. Karena itu Tjandra berharap agar kalangan muda ini bisa hadir untuk diskusi bersama, seraya mendengar cerita silam yang tidak pernah hadir saat ini.  RED-MB