Nusa Dua, Bali (Metrobali.com)-

Pameran  foto  bertajuk  Dibalik Dinding Malam  mengangkat  tema  kehidupan anak-anak  korban  eksploitasi  seksual  digelar di Hotel Mercure, Nusa Dua, Bali, 23-24 Oktober  mendatang.  Pameran  foto ini  diorganisir oleh ECPAT Indonesia  (End Child Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual  Purpuses)  bekerja sama dengan  Kedutaan Prancis untuk Indonesia.  

 Kegiatan  pameran ini   berbarengan  dengan konferensi  tahunan ECPAT  menentang eksploitasi  seksual anak.  Tema konferensi  tahun ini adalah  Perlindungan Hukum bagi  Anak-anak Korban Eksploitasi Seksual di Asia Tenggara “ yang juga di gelar di tempat yang sama.  Konferensi  regional  itu diikuti  90 peserta,  terdiri dari polisi, jaksa, hakim,  akademisi,  jurnalis  dan aktifis perlindungan anak dari negara-negara  di Asia Tenggara,  Eropa dan Amerika Serikat.  Menteri Negara  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,  Linda Amalia Sari Gumelar dijadwalkan membuka secara resmi konferensi ini.

 Koordinator ECPAT Indonesia,  Ahmad Sofian  menjelaskan,  konferensi regional ECPAT kali ini dibarengi dengan pameran  foto  sebagai pembeda dari  kegiatan konferensi   tahunan ECPAT sebelumnya.  Pameran foto  diselenggarakan sebagai upaya mengangkat  realitas  anak-anak yang terjebak dalam prostitusi yang tidak banyak diketahui publik.  Sesuai  tajuk  pameran, praktek  prostitusi anak selama ini tertutupi  oleh dinding tebal.   “Dinding itu adalah jaringan sindikat  perdagangan  anak untuk tujuan seks  komersial dan praktek itu  umumnya berlangsung pada  malam hari. Dinding-dinding  itu harus dihancurkan segera dengan terobosan berupa perlindungan  hukum yang diterapkan secara konsisten  disertai adanya kepedulian bersama,”  kata Ahmad Sofian 

 Ada  30  foto yang dipamerkan. Semuanya merupakan karya tunggal bidikan kamera  Alexandra  Radu,  jurnalis foto  wanita  asal  Rumania.  Alexandra  terlibat dalam  proyek ECPAT memotret  kehidupan anak-anak perempuan yang terjebak dalam prostitusi di  empat kota  yaitu  Jakarta, Bandung, Surabaya dan Indramayu. Foto-foto diambil  sepanjang Juli hingga awal Oktober  2013.   Alexandra  tak hanya merekam bagaimana kehidupan anak-anak perempuan itu saat  bekerja  namun juga realitas keseharian mereka.  “Memotret  kehidupan anak-anak korban eksploitasi  seksual merupakan tantangan tersendiri.  Sebagian besar anak-anak itu hidup tanpa  harapan. Ini sangat  menyedihkan. Saya  berharap, foto-foto saya bisa  memberi  perbedaan dan menghasilkan  perbaikan, tak peduli sekecil apapun itu bagi kehidupan mereka,”  kata  Alexandra.

 Alexandra  Radu, lahir di Rumania, 30 tahun silam. Berkecimpung di dunia foto jurnalistik selama  8 tahun. Karirnya berawal dari  Romania Libera, salah satu surat kabar  harian terbesar di  Bucharest, Rumania.  Karya-karyanya juga dimuat untuk Mediafax Foto dan News In, media setempat dan Mai Mult Verde,   lembaga peduli lingkungan di Rumania.  Sejak tahun lalu, Alexandra menetap di Indonesia  dan berkarir sebagai foto jurnalis freelance.  RED-MB