Pabligbagan Virtual #4 Puri Kauhan Ubud 

Bertepatan dengan hari suci Banyu Pinaruh dan Purnama Kasa (5/07/2020), Yayasan Puri Kauhan Ubud menyelenggarakan Pabligbagan Virtual edisi keempat yang diikuti oleh 100 peserta secara online. Selain melalui online, forum itu disiarkan melalui kanal medsos YouTube.

Pabligbagan edisi 4 secara khusus membahas soal Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi. Dengan menghadirkan nara sumber: Biksu Bhadra Ruci Sthavira, Ida Pedanda Gede Nyoman Putra Talikup, dan Ida Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun.

Pabligbagan dimulai dengan pengantar dari AAGN Ari Dwipayana, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud. Ari Dwipayana menyampaikan latar belakang mengapa pabligbagan kali ini menghadirkan para wiku dan biksu.

Menurut Gung Ari, para wiku dan bhante sebagai guru loka, adalah tempat bertanya umat ketika umat menghadapi masalah termasuk saat pandemi. Umat akan minta tuntunan para wiku mengenai apa yg harus dilakukan dan apa yang bisa jadi pegangan. Sehingga sangat penting untuk mendengar  pandangan dan melibatkan para wiku dalam edukasi masyarakat.

Pabligbagan yang dimoderatori Filolog Sugi Lanus berlangsung menarik. Pandangan bukan hanya diberikan oleh nara sumber tapi juga peserta yang hadir secara online seperti Mantan KASAU Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, Wartawan Senior Maria Hartiningsih dan juga Dubes RI di Zimbabwe Dewa Sastrawan.

Menjaga Ketenangan Diri

Ida Shri Bhagawan menyampaikan bahwa disaat situasi pandemi diperlukan ketenangan jiwa. Karena seringkali ketika menghadapi wabah, umat seringkali dilanda kecemasan dan ketakutan (collective fear).

Dalam situasi seperti itu, para Wiku perlu memberikan  pengayoman dan rasa optimis sehingga umat menjadi tenang.

Menurut Biksu Bhadra Ruci dan Ida Pendanda Talikup,  Agama Hindu dan juga Budha sudah memiliki tools (instrumen)  yang sudah dalam tradisi-budaya keagamaan masing-masing untuk menjaga ketentraman jiwa melalui: mantra, yantra, tantra maupun yoga.

Tools ini semakin mudah digunakan di masa pandemi ketika setiap umat diwajibakan  berdiam diri di rumah dan mengurangi aktivitas sosial secara masif.

Memperkuat Sila

Bhante Bhadra Ruci menekankan bahwa pandemi memberi peluang untuk membersihkan karma buruk dan berbuat kebajikan.

Karena itu, umat harusnya melakukan Sila, disiplin moral dengan cara  mematuhi  protokol kesehatan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain.

Ida Pendanda Putra Talikup menambahkan bahwa pandemi harus dipahami sebagai sebuah siklus untuk membangun keseimbangan. Dalam membangun keseimbangan itu, umat Hindu harus teguh dalam berbuat kebajikan, menjalankan tri kaya pari sudha, tat twam asi yang mengharuskan kita juga berbagi  dan berbuat baik pada sesama.  Semangat saling bantu sebagai satu saudara harus terus bangkit di masa pandemi.

Spirit Baru, Era Baru

Pablibagan ini juga melihat pentingnya pandemi ini sebagai momentum munculnya spirit baru.

Spririt baru seperti apa? Biksu Bhadra Ruci menyebut bahwa pandemi memberika pelajaran bahwa solidaritas sosial antar sesama harus  dijaga dan dikuatkan.

Sementara itu, Ida Pedanda Putra Talikup menekankan soal tatanan hidup baru yang menjaga Sila, disiplin moral, termasuk protokol kesehatan

Hal senada dikatakan Ida Shri Bhagawan. Beliau menekan pentingnya era baru yang memiliki kesadaran Sad kertih loka. Kesadaran ini membutuhkan strategi pembangunan yang lebih berbasis pada nilai-nilai luhur  budaya Bali.

Pada akhir Pabligbagan, Gung Ari Dwipayana menyampaikan bahwa dalam edisi selanjutkan akan dibahas tema: mapitulung yg perlu dibangkitkan di masa pandemi.  Ari mengingatkan agar sampai tradisi mapitulung antar krama Bali mulai pudar akibat gencarnya model bansos. Karena tradisi mapitulung ini adalah modal sosial saat menghadapi krisis, baik krisis kesehatan maupun krisis ekonomi.

Editor : Nyoman Sutiawan