Mangupura (Metrobali.com)-

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A ) Subak Mambal Kecamatan Abiansemal yang merupakan duta Provinsi Bali di Tingkat Nasional dinilai. Tim yang berjumlah 5 orang diterima Bupati Badung A.A Gde Agung,SH didampingi Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan I Gusti Agung Ketut Sudaratmaja, Kabag Humas dan Protokol I Wayan Weda Dharmaja, Kepala BPBD I Gusti Nyoman Adnyana, Kabag Umum I Nyoman Ngarta, Camat Abiansemal I Nyoman Suardana, Perbekel serta masyarakat setempat, bertempat di Balai Subak Mambal. Selasa (23/8).

Pekaseh Subak Mambal I Made Sugiana melaporkan, adanya bantuan dari Pemerintah terhadap Subak bukan menjadikan Subak tidak mandiri melainkan menjadi cemeti sehingga terus berupaya dan berinovasi dalam meningkatkan produksi dan tetap menjaga serta melestarikan budaya Nasional berupa Subak dengan berlandaskan Tri Hita Karana. Sugiana berkeyakinan tujuan Pemerintah memberikan bantuan tidak untuk memanjakan Subak yang ada di Bali, melainkan mengingat PAD daerah Bali pada umumnya dan Kabupaten Badung pada khususnya mengandalkan dari sektor pariwisata budaya sudah sepatutnya aset-aset budaya seperti Subak harus diperdayakan dan dilestarikan.

Pada kesempatan tersebut Bupati Badung AA Gde Agung,SH dalam sambutannya mengatakan, dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Badung yang berkelanjutan memiliki 5 prinsif dasar yaitu Triple Track Strategi plus Two yakni Pro growth, Pro Jobs, Pro Poor, Pro Culture dan Pro Environment. Subak merupakan lembaga otonom yang bersifat Sosio Agragris Religius telah terbukti sangat adatif dalam menerima ide-ide pembangunan, yang mempunyai peranan sangat nyata dalam menyangga ketahanan pangan. Selain menjadikan lembaga Subak yang ajeg dari aspek sosial budaya, lembaga Subak juga didorong untuk bisa berkiprah dalam aspek ekonomi dengan memberikan penguatan modal. Dengan adanya lomba P3A dapat dijadikan media untuk mengetahui sejauh mana petani mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, untuk kesejahteraan bersama.

Lebih lanjut Bupati Gde Agung mengatakan, Subak merupakan lembaga tradisional yang telah ada sejak tahun 1071 masehi pada hakekatnya sangat menjungjung tinggi azas musyawarah mufakat, partisifasi dan kebersamaan. Selain adatif dan fleksibel, subak juga memiliki sifat keturunan yang dituangkan dalam aturan masyarakat yang disebut dengan awig-awig. Untuk menjamin adanya pasokan air irigasi sepanjang masa, upaya koservasi dan penghijauan di kawasan hulu terus diupayakan. Hutan dan Gunung di kawasan hulu diposisikan sebagai kawasan strategis bahkan sebagai kawasan suci. Hutan dan Gunung kita anggap sebagai ibu dari pertanian, dan pertanian sebagai ibu dari budaya/pariwisata.

Sementara itu Koordinator Tim Ir. Didie Selamet Riyadi dari Kementrian Pertanian menyampaikan, Tim berkeinginan melihat dan menilai serta membuktikan secara langsung P3A Subak Mambal yang telah keluar sebagai 7 besar juara Nasional. “Kami ingin melihat dari dekat apakah kelompok yang selalu dimanjakan dengan diberikan bantuan-bantuan dari pemerintah daerah betul-betul dimanfaatkan dengan baik dengan pembuktian kinerja ataukah menjadi kelompok yang manja,” katanya.