Om swastyastu

Ramayana terdiri atas 7 kanda (Saptakanda). Salah satunya yang menarik dan pantas dikisahkan saat ini adalah kanda ke 3: Aranyakakanda. Dalam pengasingan Sri Rama (Sangan Awatara Yang Agung) ditemani istrinya Dewi Sita Putri Raja Janaka dari Kerajaan Matila dan Laksamana putra Raja Dasaratha dengan permaisuri Sumitra. Rama adalah putra tertua yang berhak atas tahta Ayodya Raja Dasartha dengan permaisuri Kosalya. Janji Raja Dasaratha kepada Dewi Keikeyi adalah penyebab pengasingan dan pembatalan penobatanSri Rama menjadi raja Ayodya. Namun sesungguhnya, awatara lahir dengan skenaria yang hanya diketahui oleh Sang Awatara (lila Tuhan), yang dipercayai untuk menjaga dharma atau ajaran Weda.
Kebaikan (subhakarma) selalu ditemani oleh keburukan (asubhakarma). Inilah yang disebut konsepsi dwaita dan adwaita. Konsepsi lainnya menyebut rwa-bhineda, bahkan yang lebih mendalam Parawidya dan Aparawidya. Karena kebaikannya Sri Rama diminta oleh para Rsi untuk melindunginya. Ashrma ashram para pertapa diganggu oleh para Asura. Asura tidak suka manusia memuja para dewa. Sebenarnya para Asura atau Raksasa adalah saudara kandung. Ayahnya para Dewa (Adetya) dan Asura (detya) adalah salah satu Saptarsi yang bernama Rsi Kasyapa. Rsi Kasyapa adalah putra Rsi Marici dan cucu Dewa Brahma. Rsi Kasyapa menikahi 27 putri Prajapati Daksha dari 60 putrinya. Para Dewa lahir dari Dewi Diti dan Asura lahir dari Dewi Diti. Jadi seungguhnya komunitas Dewa dan komunitas Asura berasal dari ayah yang satu dan ibu bersaudara kandung. Namun mereka bermusuhan, karena ibu kandung mereka yang bersaudara saling penyemburu. Para Dewa dibimbing oleh Bhagawan Brihaspati dan para Raksasa dibmining oleh Bhagawan Sukracharya, dan menjadi guru mereka. Bhagawan Sukracharya adalah putra Rsi Bhregu yang kemudian menjadi guru para dewa. Bhagawan Sukracarya (planet Venus) memiliki ilmu yang sangat sakti “mertasanjiwani” yang dapat menghdupkan orang yang telah mati. Bhagawan Bhrihaspati (planet Yupiter) adalah putra Rsi Angiras, ia juga bernama Rsi Angirasa, Brahmanaspati, Purohita, ia menguasai semua ajaran Weda dan menjadi guru para Dewa.
Pegubungan Citrakuta, Pengunungan Dandaka, Pegubungan Mahameru adalah tempat tempat yang indah dan menjadi lokasi yang digemari para pertapa untuk mendirikan Ahsram. Daerah ini menjadi kekuasan Raksasa Khara, saudara dari Ibu Rahwana yang berana Keikesi (Indonesia Sukesi). Mereka ini selalu mengganggu dan mengobrak abrik pertapan (ashram). Para dewa tidak mampu melawan kesaktian para Asura. Para Rsi yang dipimpin Rsi Wiswamitra meminta Sri Rama memberi perlindungan kepada pertapaan.
Para Rsi dan murid murid pertapaan sangat resah atas gangguan yang dilakukan oleh para Raksasa. Tugas kerajaan yang menjadi tugas para kesatriya adalam menjaga ketertiban dan keamanan dalam wilayah negara. Sri Rama dan Laksamana adalah seorang Kesatriya, menurut Rsi Wiswamitra adalah tugas Sri Rama memberikan perlindungan sedangkan para Rsi bertugas melakukan “Poojamantra: untuk esejahteraan alam semesta.
Atas permintaan para Rsi, Sri Rama dan adiknya yang setia Laksamana berjanji untuk menjaga kemaanan ashram. Ketika anah para raksesi anak buah Khara menyerang dan mengganggu ashram, Sri Rama membunuh mereka. Atas terbunuhnya para raksasa maka Khara sangat marah dan membawa 14 ribu pasukan mengepung Sri Rama dan Laksamana. Khara berhasil dibunuh dengan seluruh pasukannya. Melihat kejadian ini Dewi SIta meminta suaminya (Sri Rama) untuk berhati hati dan jangan membunuh lagi. Lalu Sri Rama menjalaskan hakekat ajaran Weda kepada Dewi SIta dan Laksmana. Dewi Sita merasa akan ada dampak buruk dari tindakan ini, sebab Raksasa Khara adalah saudara kandung dari ibu Rahwana. Inilah kemudian menjadi penyabab diculiknya Dewi SIta oleh Rahwana dan menyebakan kematin Rahwana sendiri di tangan Sri Rama. Berakhirlah kekacauan yang disebabkan oleh gangguan raksasa terhadap ashram, akan tetapi, sifat keraksasan tetap menyelimuti hati manusia. Tuhan akan turun sendiri mengambil wujud manusia bila dharma diabaikan.
Semoga semua mahluk berbahgia. Om Santih Santih Santih Om

 

Profil Penulis :