Jakarta (Metrobali.com) –

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta industri jasa keuangan mewaspadai dampak kondisi ekonomi global 2014 yang diperkirakan belum menggembirakan.

“Tantangan bagi industri keuangan tahun depan terutama kondisi eksternal global terutama di AS dan Eropa yang belum pasti,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad usai acara Risk and Governance Summit 2013 (RGS) di Jakarta, Rabu.

Ia meminta pelaku industri jasa keuangan tetap optimis meski kondisi ekonomi global tahun depan diperkirakan belum kondusif bagi perekonomian Indonesia.

“Harus tetap optimistis dan terus melihat peluang-peluang lain terutama domestik,” kata Muliaman.

Menurut dia, pengalaman pada krisis beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa perekonomian tetap tumbuh terutama didorong oleh sektor domestik yang potensinya memang besar.

“Kita tidak boleh pesimis, daya tahan sektor keuangan kita saat ini sudah lebih baik sehingga yang perlu dilakukan adalah inovasi,” kata Muliaman.

Sebelumnya terkait kondisi perekonomian, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta jajaran kementerian bidang perekonomian menyiapkan langkah tepat mengatasi dampak kondisi global.

Menteri Keuangan M Chatib Basri mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan jajaran kementerian bidang ekonomi menyiapkan langkah yang tepat bila Bank Sentral Amerika Serikat menempuh “tapering off” atau penarikan likuiditas.

“Tiga minggu lalu Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Kemenkeu melakukan simulasi untuk persiapan ‘tapering off’, kita siapkan langkah kalau tapering jadi dilakukan,” kata Menteri Keuangan M Chatib Basri di Istana Cipanas, Kabupaten Cianjur beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan ada tiga langkah yang disiapkan bila “tapering off” lakukan oleh Bank Sentral AS, The Fed.

Langkah pertama adalah menyiapkan “bond standing fund” Kementerian Keuangan dengan 11 BUMN, kemudian jika terjadi goncangan di sektor keuangan telah ada protokol manajemen krisis yang akan dijalankan untuk sektor asuransi, perbankan dan sektor keuangan lainnya.

Langkah ketiga adalah Bank Indonesia tetap berada di pasar bila ada tekanan pada nilai tukar rupiah. Budi Suyanto