Ilustrasi

Oleh I Ketut Puspa Adnyana

Om Swastyastu

“Sembah sujud kepada Hyang Hari, Penguasa Alam Semesta. Mohon ampunan kepada Guru suci karena menarasikan kembali kisahnya yang menginspirasi. Doa untuk leluhur agar damai”

PENGANTAR

Berita viral belakangan ini di media seputaran Bali dan nasional, mengingatkan pada kisah penuh misteri seorang raja yang kemudian menjadi Rsi Agung pada pustaka Maha Purana. Berita viral ini juga mengingatkan pada kekawin Arjuna Wiwaha tentang kelembutan wanita, yang menebarkan cinta hasrat.

Dalam kisah kekawin Arjuna Wiwaha dengan manis dikisahkan para apsara (bidadari) nan cantik, anggun dan semua kemanisan kelembutan seorang perempuan. Mereka selalu suci dan muda dengan mandi di sungai surgawi bertebaran bungan sugandhika. Diantara mereka ada Dewi Nilotama, Dewi Tara, Dewi Menaka, Dewi Rambha dan lainnya yang nan cantik gemulai. Dewa Indra sebagai raja para dewa memberi fasilitas istimewa kepada dewi dewi yang cantik ini apalagi ketika membawa misi kerajaan swarga: menggoda para pertama yang gigih. Wanita sejak dahulu kala selalu misteri.

Wanita adalah lembang kelembutan, dan tidak ada seorangpun termasuk dewa, manusia, asura, yaksa, ditya-aditya yang menolak kelembutan. Laki-laki adalah lambang kekerasan dengan kejantanannya. Pertemuan kelembutan (pradhana) dan kekerasan (purusha) akan mendamaikan dunia dan alam semesta melahirkan keseimbangan. Inilah hukum alam yang abadi (rtam) dan tidak ada mahluk pun yang dapat menolak, sementara Tuhan sendiri sebagai pencipta tersenyum membiarkannya.

OBSESI SANG RAJA UNTUK MENJADI RSI AGUNG

Rsi Wasitha dan Rsi Wiswamistra, yang satu dari golongan brahaman dan yang berikutnya dari golongan kesatrya adalah guru guru awatara. Raja Kausika (kelak menjadi Rsi Wiswamitra) mempunyai obsesi yang tinggi. Atas kekalahannya dalam perang melawan Rsi Wasista beberapa kali membuat Raja Kausika tidak berhenti. Pertama ia kalah dengan prajurit yang dikeluarkan oleh Sabala, lembu sumber segala kehendak. Kedua ia kalah lagi dalam perang meskipun sudah memperoleh senjata dasyat pemusnah Brahmastra anugrah Siwa Mahadewa. Senjata brahmastra yang dasyat diserap oleh senjata gada Brahmananda dari Rsi Wasista.

Atas kekalahan berulangkali Raja Kausika dari Rsi Wasista, tidak membuatnya menyerah. Namun lebih giat melakukan brata dan tpasya. Kemudian bertapa 1000 ribu tahun untuk mendapatkan tingkat sempurna sebagai seorang rsi. Dewa Indra kawatir kesaktian Raja Kausika akan mengalahkan para dewa. Lalu mengutus Dewi Menaka, pemimpin dan tercantik diantara para apsara untuk menggoda Raja Kausika.

Sebagai manusia yang dipengaruhi triguna, kama (cinta badan, fisik) dan berlanjut shringara (cinta kenikmatan dan keasyikan) Raja Kausika tidak dapat menahan emosi atas kelembutan Dewi Menaka yang anggun menggoda. Raja Kausika merelakan hasil tapanya dan menikahi Dewi Menaka. Mereka hidup bersama selama 5 tahun dan melahirkan putra yang kelak menjadi leluhur Panca Pandawa dan Kurawa yang termasyur.

Raja Kausika melanjutkan tapanya selama 1000 tahun untuk mencapai derajat rsi. Dewa Indra kembali merasa kawatir akan keberhasilan tapa Raja Kausika. Kemudian mengutus seorang bidadari bernama Dewi Rambha yang tidak kalah cantiknya dengan Dewi Menaka. Kelembutan dan pesona gairah Dewi Rambha tidak menggoyahkan keteguhan hati Raja Kausika. Tahun demi tahun berlalu, kedasyatan tapa Raja Kausika mempengaruhi Indraloka.  DewaIndra kemudian memohon perkanan Siwa Mahadewa untuk mencari jalan keluar atas petaka yang mungkin terjadi.

Siwa menampakkan wujudNya yang tak terbayangkan di hadapan Raja Kausika. Raja Kausika sangat gembira dan memohon kehadapan Siwa Mahadewa agar diberikan anugrah sama dengan Rsi Vasistha oleh Rsi Wasistha sendiri. Siwa memeberikan anugrah Brahmarsi kepada Raja Kausika dan kemudian datanglah Resi Wasista yang mengakui bahwa Brahmarsi Kausika  sama dengan dirinya dengan abiseka Rsi Wiswamitra.

HASIL TAPASYA YANG GEMILANG

Tuhan, Hyang Paramakawi dengan berbagai lelaaNya selalu mempunyai maksud yang tidak pernah dapat diterka oleh pemikiran manusia yang terbatas. Brahmarsi Kausika telah mempunyai kemampuan mengantarkan raga hidup menuju alam swah, sebagaimana permintaan Raja Trisanku. Brahamarsi Kasuika juga memiliki kemampuan menciptakan planet yang sama. Namun beliau juga masih ingin menunjukkan bahwa seorang ksatriya dan bukan saja brahmana mampu mencapai tingkat spiritual yang tinggi.

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa sebuah obsesi, tujuan besar, yang kuat disertai dengan ketekunan dalam pengendalian indera indera mencapai hasilnya. Banyak kerikil yang menghambat perjalanan, banyak orang dan makluk lain yang menghendaki kegagalan perjuangan seseorang. Kelembutan seorang perempuan adalah godaan yang berat karena langsung menyentuh hati manusia (Dewi Menaka). Namun Tuhan mempunyai rencana yang lain, apakah sang pelaku akan jatuh atau akan naik. Raja Kausika berhasil naik mekipun untuk keduakalinya kelembutan yang lebih memberi hasrat menghampiri (Dewi Rambha).

PENUTUP

Kejadian Raja Kausika dan Raja Trisanku terjadi pada masa Satyayuga, yang mana material penyusun struktur dan morpologi manusia jauh lebih berkualitas pada masa sekitar 2 juta tahun silam. Sedangkan pada masa Kaliyuga dimana kama (cinta badan) dan Shringara (cinta kenikmatan dan keasyikan) menjadi ciri, pastilah tidak ada seorangpun mampu naik dari sebuah godaan. Dalam pustaka suci Weda disebutkan, para sulinggih dalam zaman Kaliyuga adalah paling berat dalam menghadapi godaan. Kejadian kejadaian yang berulang menimpa beberapa “oknum sulinggih” di Bali dan juga di wilayah lainnya, bahkan rohaniawan dari pemeluk keprcayaan lain membuka mata kita: inilah sesungguhnya Kaliyuga. Sang kala yang berkuasa, karena itu seseorang hanya dapat memaklumi, sebagaimana juga berita viral ini. Wajah kita mungkin tidak perlu memerah karenanya, cukuplah memejamkan mata dan berdoa semoga sesuatunya membaik di suatu momen. Karena hanya yang teguh akan tetap ajeg dan menjadi pewarta pada masa masa berikutnya, yang pasti akan datang.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Om santih santih santih Om.