Buleleng, (Metrobali.com)

Ketua TP PKK Bali Ny Putri Suastini Koster berkesempatan mencoba langsung pembuatan sate lilit khas Bali, di Dapur Bali Moela, Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng pada Minggu (4/4) siang.

Pendamping orang nomor satu di Bali tersebut mengaku terkesan dengan tata cara pengolahan masakan khas Bali, yang keseluruhannya masih menggunakan cara tradisional seperti memanfaatkan arang, kayu bakar serta rempah-rempah lokal yang tidak ditambahkan penguat rasa.

Ny Putri Koster mengajak semua warga untuk bersyukur bahwa Bali punya kekayaan di ranah kuliner lewat aneka rupa racikan bumbu. Bumbu yang diracik tak hanya menambah kelezatan masakan khas Bali, namun juga punya manfaat bagi kesehatan tubuh. “Kita harus bersyukur bahwa bumbu Bali lengkap ternyata banyak mengandung zat-zat yang baik bagi tubuh, bahkan juga untuk pengobatan serkalipun,” katanya, mengingatkan.

Sementara itu, Gede Yudiawan, owner Dapur Bali Moela menyebutkan, bumbu Bali atau juga disebut basa genep, termasuk bumbu rajang, bumbu wangen dan yang lain, sebenarnya telah dibuat dengan cermat oleh nenek moyang orang Bali untuk tujuan pengobatan, karena sebagian besar terdiri atas rempah-rempah alami. “Bumbu Bali secara ilmiah terbukti mengandung zat yang menyehatkan,” ucapnya, menjelaskan.

Namun demikian, Yudiawan yang juga seorang Jero Mangku merangkap chef tersebut, mengungkapkan, saat ini sebagian besar manfaatnya berkurang karena mulai memasukkan unsur asing ke dalam bumbu Bali seperti MSG, tanaman dengan pestisida dan lain sebagainya. Akibatnya, peran basa genep sebagai obat sekaligus penyedap, menjadi cukup berkurang.

“Beberapa bahan utama bumbu Bali seperti kunyit atau lengkuas terbukti memiliki khasiat antibiotik dan antiseptik,” ujar Yudiawan dengan menambahkan, dalam proses menyembelih hewan piaraan orang Bali juga selalu meletakkan lengkuas di wadah darahnya untuk tujuan mematikan virus. (RED-MB)