Foto: Tokoh perempuan Milenial Bali yang juga Ketua KPPG (Kesatuan Perempuan Golkar) I Gusti Ayu Putu Ardaba Kory sebelum nobar film Habibie Ainun 3 yang digelar DPD Partai Golkar Provinsi Bali di Cinepolis, Plaza Renon, Denpasar, Rabu (31/3/2021).

Denpasar (Metrobali.com)-

Para perempuan milenial mengapresiasi inisiasi Partai Golkar menggelar nonton bareng (nobar) film Habibie Ainun 3 di secara serentak di 24 kabupaten/kota se-Indonesia, Rabu (31/3/2021) tentunya penerapan prokes yang ketat.

Untuk di Bali acara nobar digelar DPD Partai Golkar Provinsi Bali di Cinepolis, Plaza Renon, Denpasar. Acara ini pun disambut antusias generasi milenial khususnya perempuan milenial Bali.

“Dengan nonton bareng ini kami rasa Golkar paling mengerti paling milenial. Sangat menyatu dengan milenial,” kata tokoh perempuan milenial Bali I Gusti Ayu Putu Ardaba Kory.

Perempuan muda yang juga KPPG (Kesatuan Perempuan Golkar) Bali mengaku bersyukur Golkar menggelar acara nobar ini di tengah pandemi Covid-19 dimana sebelumnya bioskop sempat ditutup dan kini sudah dibuka dengan prokes ketat.

“Kangen banget ke bioskop. Syukur banget Golkar mengerti banget milenial dengan memberikan kesempatan ikut nobar film Habibie Ainun 3 ini. Juga ada semangat kebersamaan nonton bareng. Kita bisa berkumpul tentunya dengan menjaga protokol kesehatan,” terang perempuan milenial yang akrab disapa Kory ini.

Acara nobar di bioskop hari ini, Rabu (31/3/2021) sore digelar serentak di seluruh Indonesia. Nobar ini sekaligus dalam rangka menyambut 71 tahun Hari Film Nasional dan peringatan 100 tahun tokoh perfilman Indonesia, H Usmar Ismail.

Nobar ini juga merupakan bagian untuk menggiatkan menonton aman di bioskop dengan penerapan protokol kesehatan.

Kegiatan ini pun sejalan dengan kebijakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) untuk mengajak masyarakat menonton film di bioskop dengan penerapan prokes sebagai untuk memulihkan ekonomi di sektor ekonomi kreatif.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto
mendorong kader-kader Golkar di berbagai daerah untuk ikut mendukung industri perfilman sebagai bagian dari pemulihan ekonomi nasional melalui kegiatan gerakan menonton film lokal di bioskop dengan penerapan prokes yang ketat.

“Arahan Bapak Ketua Umum Partai Golkar Bapak Airlangga Hartarto untuk mendukung industri perfilman dan terkait hari film nasional. Kita dukung film nasional dan bangkitnya perekonomian. Program ini sangat to do point mendukung industri perfilman nasional agar lebih dikenal milenial,” tutur Kory.

Lewat film Habibie Ainun 3 ini, Kory mengatakan para perempuan milenial meneladani  inspirasi spirit perjuangan Ainun muda (diperankan Maudy Ayunda) yang tidak menyerah mengejar cita-cita menjadi dokter dan berkontribusi ikut membangun bangsa dan negara.

Ainun adalah figur yang patut dicontoh untuk memajukan perempuan dan negara. Sehingga tidak ada lagi stigma perempuan tempatnya hanya di dapur, sumur dan kasur. Perempuan bisa berprestasi dan melakukan perubahan seperti Ibu Ainun jika mau, punya tekad kuat dan tidak pantang menyerah.

Saya sangat ngefans dengan Ibu Ainun. Inspirasinya bgaimana cara peran perempuan mendukung suaminya itu kita dapatkan dari sosok Ibu Ainun dan juga bagaimana kesetiaan Habibie Ainun saling support baik dalam rumah tangga maupun perjuangan dan pengabdian kepada negara,” papar Kory.

Dikatakan kisah Ainun muda yang diangkat dalam film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini sangat relevan dan tidak jauh dengan kehidupan perempuan.

Film Habibie Ainun 3 ini menggambarkan Ainun muda yang merupakan sosok cerdas dan berprestasi baik di saat bersekolah di SMAK Dago Bandung dan satu sekolah dengan Habibie muda atau Rudy (diperankan Reza Rahadian) maupun saat Ainun kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI).

Ainun bercita-cita menjadi dokter. Namun saat itu masih ada stigma bahwa perempuan tidak cocok menjadi dokter. Saat masuk FK UI sejumlah mahasiswa senior salah satunya Agus (Arya Saloka) juga mencibir Ainun bahwa perempuan tidak cocok menjadi dokter dan lebih cocok di dapur.

Dosen Ainun yakni Prof Husodo Noto Sastro (Arswendy Bening Swara) di awal-awal Ainun kuliah juga kerap menunjukkan perlakuan diskriminatif dan merendahkan Ainun serta juga menyebutkan profesi dokter tidak cocok untuk perempuan.

“Rasa sentimentil perempuan yang dibalut dengan indera perasa, yang lebih tajam dari laki-laki, membuat ilmu kedokteran tidak cocok untuk perempuan,” kata Prof Husodo dalam salah satu adegan praktik bedah mayat di ruang praktikum.

Namun Ainun tidak pantang menyerah. Bahkan berkat keberanian dan kecerdasan ia pun menjadi inspirasi dan idola bagi mahasiswa lain bahkan lintas fakultas di UI hingga sejumlah mahasiswa membuat Perkumpulan Pengagum Ainun. Akhirnya Ainun berhasil menamatkan pendidikan di FK UI bahkan dengan prestasi gemilang sebagai lulusan terbaik.

“Film Habibie Ainun 3 ini sangat menyentuh kami para perempuan. Kami bisa meneladani spirit perjuangan beliau meraih prestasi dan pengabdian untuk bangsa dan negara,” ujar Kory.

Hal lainnya yang penting juga diteladani dari Ainun muda lewat pesan film ini dalam rasa nasionalisme yang tinggi. Ainun menunjukkan kecintaan kepada Indonesia.

Bahkan hal itu juga yang membuat dirinya tidak memilih melanjutkan kisah cinta dan hubungannya dengan Ahmad (Jefri Nicol) mahasiswa Fakultas Hukum UI yang bercita-cita pergi dari Indonesia dan mengajak ingin Ainun berkarya serta hidup di negara lain serta tidak kembali lagi ke Indonesia.

Karenanya KPPG Bali mengapresiasi acara nobar film Habibie Ainun 3 yang diinisiasi Emiliana Sri Wahjuni ini. Menurutnya hal ini adalah bagian dari upaya pemberdayaan perempuan dan meningkatkan motivasi untuk tidak menyerah mengejar cita-cita, berkarya dan berprestasi.

KPPG juga mengapresiasi kehadiran film ini yang secara khusus menceritakan perjuangan Ainun muda. Sebab masyarakat Indonesia khususnya perempuan tentu terinspirasi oleh sosok Ainun dalam hal semangat mengejar cita-cita, kecintaan pada bangsa dan negara serta kesetiaan kepada presiden ketiga RI BJ Habibie. (dan)