perahu motor

Denpasar (Metrobali.com)-

Nelayan di Bali dalam melakukan aktivitas menangkap ikan di laut paling banyak menggunakan perahu tanpa motor yakni 40,09 persen dan perahu motor tempel 32,72 persen.

“Sisanya 27,19 persen menggunakan perahu kecil (sampan), sehingga operasionalnya di sekitar pantai yang hasil tangkapannya tidak sebanyak nelayan yang menggunakan perahu bermesin,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Senin (12/1).

Ia mengatakan, nelayan yang melakukan penangkapan ikan di laut menggunakan perahu motor tempel membutuhkan biaya operasional sebesar Rp389.000 untuk setiap tripnya atau 32,72 persen dari nilai produksi yang dihasilkan Rp1,18 juta.

Dengan demikian nelayan memperoleh keuntungan sebesar Rp800.000 atau 67,29 persen dari biaya operasi.

Data tersebut diperoleh dari hasil Sensus Pertanian tahun 2013 yang dilakukan secara rinci terhadap komoditas perikanan dan kelautan serta tanaman kehutanan, sektor peternakan dan sektor pertanian.

Data akurat itu sangat diperlukan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik membangun kedaulatan pangan.

Panasunan Siregar menambahkan, biaya terbesar yang dikeluarkan nelayan adalah untuk upah pekerja yang mencapai Rp 209.000 atau 53,61 persen) dari seluruh biaya yang dikeluarkan tersebut.

Biaya operasional itu akan dapat ditekan oleh para nelayan, jika dalam aktivitas menangkap ikan di laut hanya menggunakan sarana perahu tanpa motor tempel, namun dibantu dengan menggunakan layar.

Biaya operasional per tripnya hanya Rp92.000 atau 42 persen terhadap nilai produksi, sehingga memperoleh keuntungan sebesar Rp137.000 (59,91 persen), ujar Panasunan Siregar. AN-MB