Cuaca buruk Ilustrasi

Denpasar (Metrobali.com)-

Kelompok Nelayan Mina Asih, Sanur Kaja, Denpasar Bali mengakui cuaca buruk sepanjang kawasan Pantai Matahari Terbit hingga Pantai Merta Sari, mempengaruhi hasil tangkapan ikan karena tingginya gelombang dan angin kencang dalam beberapa hari terakhir ini.

“Cuaca saat ini tidak dapat diprediksi terkadang ekstrem dan terkadang normal, sehingga hasil tangkapan menjadi berkurang,” ujar Wayan Sindu, selaku Bendahara Kelompok Nelayan Mina Asih, Sanur Kaja, di Denpasar, Selasa (24/2).

Akibat cuaca buruk itu, kata dia, pengeluaran biaya melaut nelayan semakin bertambah karena hasil tangkapan ikan juga berkurang dimana para nelayan mengakui setiap sekali melaut harus mengeluarkan ongkos untuk membeli bahan bakar sebesar Rp200 ribu.

Selain itu, ia mengakui saat melaut sering mengalami kendala pada jarak pandang sehingga terkadang Kelompok Nelayan Mina Asih yang beranggotakan 40 orang nelayan mencari ikan hingga ke perairan Nusa Penida, hingga ke Pantai Ketewel, Gianyar.

Ia menambahkan kegiatan nelayan saat melaut tersebut dimulai Pukul 06.00 hingga 10.00 Wita. Namun, untuk saat ini para Kelompok Nelayan Mina Asih tidak melakukan rutinitas melaut karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.

“Akibat kondisi laut yang tidak bersahabat ini, terkadang hasil tangkapan sedikit dan kami sering mengalami kerugian akibat biaya bensin yang tidak tertutupi, sehingga banyak nelayan memilih berdiam di rumahnya hingga menunggu cuaca normal,” ujarnya.

Wayan Sindu menuturkan saat cuaca normal, pihaknya dapat memperoleh hasil tangkapan ikan sebanyak 20 kilogram. Namun, saat kondisi cuaca buruk seperti saat ini hasil tangkapan hanya dapat mencapai enam kilogram dan hasil tangkapan itu hanya dapat menutupi pengeluaran biaya bahan bakar saat melaut.

Untuk menutupi kerugian ongkos akibat hasil tangkapan laut yang berkurang, kata dia, terkadang para nelayan beralih menawarkan jasa dan meyewakan kapalnya kepada umat Hindu yang melakukan prosesi keagamaan “nyekah” di tengah laut.

“Kondisi cuaca buruk ini biasanya berlangsung hingga kurun waktu satu bulan sampai pada Maret nanti,” katanya.

Untuk itu, apabila kondisi gelombang laut mencapai satu hingga dua meter, maka nalayan setempat tidak melakukan aktifitas melaut tersebut.

Apabila kondisi cuaca buruk tersebut berlanjut, maka para nelayan setempat tidak memiliki penghasilan untuk kehidupannya sehari-hari sehingga pihaknya mengharapkan adanya bantuan pemerintah kota dengan memberikan sembako gratis dan alat-alat memasak.

“Saat ini harga beras cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan hasil penjualan ikan nelayan akibat kondisi cuaca buruk itu,” ujarnya.

Oleh sebab itu, apabila kondisi cuaca kembali normal para nelayan baru melakukan rutinitas melaut, dan sebaliknya apabila kondisi tidak memungkinkan akan menangkap ikan dipinggiran laut.

Ia menuturkan hasil tangkapan ikan dipinggir laut itu berupa jenis ikan lemuru atau “tamban” dan ikan tenggiri kecil atau “seleh” yang kemudian dijual kepada masyarakat yang sedang beraktifitas di pesisir pantai Sanur seharga Rp20 ribu per kilonya.

“Penangkapan ikan masih dilakukan secara tradidisional dan apabila hasil tangkapannya cukup banyak baru dijual ke pasar,” katanya.

Untuk musim tangkap ikan, kata dia, biasanya jumlah hasil tangkap ikan mulai banyak pada Mei hingga Agustus nanti.

Ia menambahkan Kelompok Nelayan Mina Asih juga memiliki koperasi untuk anggota yang berjumlah 39 orang yang sangat membantu anggota apabila tidak memiliki dana untuk membeli bahan bakar saat hendak melaut.

“Kelompok nelayan disini biasanya menggunakan kapal sampan fiber (jukung) yang hanya mamu mengangkut dua orang saja dan jumlahnya sebanyak 12 kapal dan untuk kapal kecil sebanyak empat buah,” demikian Wayan Sindu. AN-MB