Denpasar (Metrobali.com)-
Seorang narapidana (napi) penghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kerobokan, Badung-Bali, Made Ariyasa (39), Selasa (1/5/2012) sekitar pukul 01.20 Wita dinihari meninggal, setelah sempat dirawat intensif di rumah sakit (RS) Sanglah Denpasar sejak Minggu (29/4) lalu.
Ariyasa dinyatakan meninggal dunia akibat terkena serangan jantung. “Berdasarkan pemeriksaan medis melalui EKG diketahui penyebab meninggalnya adalah karena serangan jantung,” kata Kepala LP Kerobokan, I Gusti Ngurah Wiratna, Selasa (1/5) siang, di Kerobokan, Badung-Bali.
Ariyasa adalah napi korban penusukan pada Februari lalu karena diduga berkelahi dengan sesama penghuni LP Kerobokan. Peristiwa penusukan terhadap Ariyasa ini disebut-sebut menjadi pemicu terjadinya kerusuhan di LP Kerobokan pada Februari silam yang sangat menghebohkan di seluruh Tanah Air dan mancanegara.
Menurut Wiratna, pihaknya sudah melakukan pelayanan maksimal untuk menyelamatkan nyawa Ariyasa dengan membawanya ke RS Sanglah. “Tim dokter juga sudah berupaya maksimal melakukan perawatan, tapi ternyata nyawanya tidak tertolong,” ucap Wiratna.
Terkait dengan tewasnya Ariyasa ini muncul berbagai spekulasi seputar penyebab kematiannya. Spekulasi yang paling santer beredar adalah menyebutkan Ariyasa tewas akibat minum racun.
Menanggapi hal ini, Wiratna langsung membantah. “Kita tidak pakai menduga-duga. Hasil medical record dari RS Sanglah diketahui penyebabnya karena serangan jantung,” papar Wiratna.
Wiratna menjelaskan, Ariyasa memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus (DM), sehingga makin memperparah kondisinya. Sebelumnya, Ariyasa yang dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun 3 bulan itu sempat kolaps di dalam selnya pada Minggu malam, sehingga langsung dilarikan ke RS Sanglah.
Peristiwa sakitnya Ariyasa ini berawal ketika, Minggu (29/4) sekitar pukul 23.00 Wita Wiratna  melakukan kontrol ke dalam LP Kerobokan. Saat itu rekan satu blok Ariyasa di Blok C2 memberitahukan bahwa Ariyasa sempat mengeluh sesak napas. Namun, ketika Wiratna menemuinya, lelaki bertubuh gempal tersebut terlihat sehat-sehat saja.
“Karena kami tidak mau mengambil resiko, saat itu juga saya menghubungi paramedis dan dia langsung kami bawa ke rumah sakit,” jelasnya. Dii RS Sanglah Denpasar Aryasa sempat dirawat di ruang perawatan kelas III. Tapi keesokan harinya Ariyasa dan keluarganya minta pindah ke ruang Sanjiwani. Sejak Minggu malam kondisi Ariyasa terus mengalami penurunan dan detak jantungnya sudah tidak stabil.
Jenazah Ariyasa pada Selasa (1/5) sekitar pukul 06.00 Wita sudah dibawa keluarganya ke kampung halamannya di Desa Sangsit, Buleleng. GT-MB