lempad

Gianyar (Metrobali.com)-

Museum Puri Lukisan Ratna Warta Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali kembali memamerkan lukisan karya almarhum I Gusti Nyoman Lempad yang dibuat antara tahun 1930-1940.

“Lukisan Lempad yang ditampilkan dalam pameran kali tidak banyak diketahui masyarakat umum,” kata Cokorda Putra Sukawati, Penglingsir (tokoh) Puri Ubud yang membuka pameran tersebut, Sabtu malam (20/9)

Lempad yang meninggal dalam usia 120 tahun pada tahun 1978 itu memiliki kemampuan dalam mengintepretasi cerita-cerita yang dipelajarinya dengan jalan mendengar, bukan membaca, terjembatani dalam kekuatan imajinasi yang luar biasa.

Karya-karyanya berdasarkan narasi epik pewayangan dan foklore Bali, namun hadir dalam gubahan yang sangat imajinatif.

“Lempad pada zamannya sangat akrab dengan tokoh Puri Ubud almarhum Cokorda Sukawati yang merupakan ayahandanya,” ujar Cokorda Putra Sukawati.

Ia mengaku, waktu itu masih kecil mengenang sosok I Gusti Nyoman Lempad yang sangat tekun mengikuti kegiatan di Puri.

“Paman saya membaca lontar dari jam 19.00-23.00, sosok Lempad tidak pernah absen mendengar serta mendampingi membaca lontar,” katanya.

Kurator Museum Puri Lukisan Ubud, Sumantri mengatakan karya I Gusti Nyoman Lempad yang dipamerkan kali ini memang tidak pernah dilihat kebanyakan orang.

Karena karya sebanyak 98 lukis itu menjadi koleksi empat museum di luar negeri yakni Belanda, Amerika, Austria dan Swedia.

Pameran tersebut berlangsung selama empat hari, 20-24 September 2014.

Lukisan karya almarhum I Gusti Nyoman Lempad sanggup memberi warna indah terhadap khasanah seni rupa Bali khususnya, Indonesia dan dunia pada umumnya dinilai sangat komunikatif.

Lukisan umumnya diangkat dari cerita besar yang terkandung dari maha karya kitab Itihasa Ramayana dan Mahabarata menjadi sebuah terobosan dari lukisan klasik ke modern.

Lempad dalam menghasilkan karya seni itu memfokuskan pada narasi khusus yang tengah diintepretasikan dari cerita besar. Melalui karyanya dapat menyaksikan terobosan penting pada posisi seni lukis pada seni tradisi yang mengemban tugas sebagai media komunikatif menjadi lebih bersifat intepretatif.

Pengamat karya Lempad sering dibuat bertanya-tanya bahkan terdecak kagum melihat intepretasi visual terhadap cerita-cerita epos pewayangan, yang hadir dalam versi lain dalam karyanya.

Karya-karyanya berdasarkan narasi epik pewayangan dan foklore Bali, namun hadir dalam gubahan yang sangat imajinatif.

Proses intepretasi tersebut melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai filosofis. Tanpa memahami nilai-nilai dan makna secara mendalam mustahil seseorang dapat mengembangkan intepretasi visual yang imajinatif terhadap narasi besar tersebut. AN-MB