Denpasar (Metrobali.com)-

“Neka Art Museum”, museum swasta pertama di Indonesia berlokasi di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, berhasil menambah koleksi keris sebanyak 88 pucuk selama 2012.
“Dengan demikian koleksi keris kini mencapai 300 pucuk, disamping 312 koleksi berbagai jenis lukisan dan patung,” kata pendiri sekaligus pengelola Museum tersebut Pande Wayan Suteja Neka di Ubud, Senin (19/8).

Ia mengatakan, keris yang menjadi koleksi itu umumnya berumur ratusan tahun yang “diburunya” satu persatu dari berbagai pelosok pedesaan di Bali maupun dari sejumlah daerah di Tanah Air.

Dari ratusan koleksi keris tersebut, 27 buah di antaranya warisan puri dari zaman kerajaan di Bali, seperti keris Ki Baju Rantai dari Puri Agung Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali, maupun Ki Gajah Petak dari Puri Kanginan Singaraja, daerah pesisir utara Pulau Dewata.

Demikian pula keris Ki Belang Uyang dari Puri Agung Gianyar dan sekitar 100 keris tangguh (kuno) yang diperoleh dari berbagai daerah di Indonesia.

Pande Neka menjelaskan, koleksi keris tersebut juga ada yang digolongkan keris kamardikan, yakni dibuat oleh empu keris setelah Indonesia merdeka, atau berumur lebih dari setengah abad.

“Koleksi keris tersebut kini menjadi pajangan museum yang bisa disaksikan oleh masyarakat umum, termasuk wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Dewata, bersamaan dengan koleksi lukisan dan karya patung,” ujar Pande Suteja Neka menyongsong perayaan Tumpek Landep, persembahan khusus untuk keris pusaka dan benda-benda lainnya yang terbuat dari besi, baja, perak dan emas yang jatuh pada hari Sabtu, 24 Agustus mendatang.

Padahal sebelumnya keris-keris tersebut disimpan pihak puri, hanya bisa dilihat sekali dalam 420 hari (enam bulan) pada upacara “Tumpek Landep”.

Organisasi bidang pendidikan dan kebudayaan (UNESCO) Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 20 Nopember 2005 telah mengukuhkan keris Indonesia sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia.

Dengan demikian dunia kini mengakui keberadaan keris Indonesia, sekaligus mendapat penghargaan dunia internasional, sehingga hal itu mendorong Museum Neka mengoleksi ratusan keris pusaka.

Bahkan perkerisan di Bali kini mulai bangkit, karena tidak hanya dipandang sebagai benda sakral untuk kelengkapan kegiatan ritual, namun juga sebagai benda seni, sekaligus benda budaya yang diagungkan.

Keris bagi masyarakat Bali dinilai sakral, karena sebagian besar kegiatan ritual keagamaan melibatkan keris pusaka sebagai salah satu kelengkapannya, tutur Pande Suteja Neka. AN-MB