Jakarta (Metrobali.com)-

Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin meminta Pemerintah RI untuk ikut serta memediasi dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Mesir saat ini.

“Sebagai sesama negara anggota OKI dan memiliki sejarah panjang dalam berhubungan dengan Mesir, Pemerintah Indonesia haruslah proaktif menawarkan diri menjadi pihak yang bisa memediasi terwujudkan rekonsiliasi di antara para pihak dalam pemerintahan Mesir,” kata Lukman Hakim, di Jakarta, Minggu (28/7).

Menurut Wakil Ketua Umum DPP PPP ini, pengambilalihan kekuasaan dengan menggunakan aksi militer sebagaimana yang terjadi di Mesir harus dihindari dan diakhiri, apalagi sampai jatuh korban jiwa.

Lukman menilai, mempertahankan kekuasaan dengan menggunakan cara-cara kekerasan juga bukan penyelesaikan yang beradab. Masyarakat Mesir harus didorong untuk mau dan mampu menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah antarmereka di meja perundingan secara damai.

“Kita punya tanggungjawab besar untuk tetap menjaga dan memelihara perdamaian di Mesir sebagai negara dengan kekayaan budaya dan peradaban masa lalu yang amat panjang, yang telahh berkontribusi bagi kemajuan peradaban dunia masa kini dan mendatang,” katanya.

Mesir, tambah dia, tak boleh dibiarkan berada dalam proses memasuki perang saudara yang tak hanya akan amat menyusahkan masyarakatnya, tetapi juga merugikan warga dunia.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Marty Natalegawa menyerukan dihentikannya aksi kekerasan di Mesir yang sudah menewaskan 80 orang dalam bentrokan antara petugas keamanan dan pengunjuk rasa.

“Akhiri aksi kekerasan (di Mesir). Hormati Hak Asasi Manusia (HAM), kedepankan cara-cara damai dan konstitusional,” kata Marty dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.

Marty menyerukan agar pihak-pihak di Mesir mengedepankan proses rekonsiliasi dan dialog. Selain itu dia mengatakan masyarakat internasional agar aktif mendorong rekonsiliasi.

Dia mengatakan, untuk Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir agar terus menjalin komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara tersebut dalam rangka perlindungan.

Data Kementerian Kesehatan Mesir menyebutkan, 72 orang tewas dan 292 terluka di Kairo, sementara delapan tewas dan sedikitnya 194 terluka di Alexandria.

Korban jiwa tersebut akibat bentrokan yang terjadi antara petugas keamanan dan pengunjuk rasa pada Jumat (26/7) dan berlanjut di hari Sabtu.

Para pengunjuk rasa menginginkan agar Mohammad Moursi dikembalikan kekuasaannya sebagai presiden Mesir yang telah digulingkan militer melalui kudeta pada Juni.

Mengutip data kantor berita RIA Novosti, pada awal Juli setidaknya 51 orang tewas dan 435 terluka dalam bentrokan di luar markas pasukan elit Pengawal Republik di Kairo, tempat yang diyakini Moursi ditahan pada saat itu. AN-MB