Poto Dokumen

Jakarta, (Metrobali.com)-

Wereng Batang Coklat (WBC) hingga saat ini masih dianggap sebagai hama utama tanaman padi karena serangannya dapat mengakibatkan kegagalan panen (Puso). Dalam serangannya, WBC akan menghisap cairan batang padi hingga tanaman kering dan menimbulkan efek seperti terbakar.

WBC termasuk hama strategik yang mendapat perhatian nasional karena serangga kecil ini cepat menemukan habitatnya, berkembang biak dengan cepat, dan mudah beradaptasi dengan membentuk biotipe baru yaitu populasi baru yang memiliki kemampuan adaptasi dari jenis sebelumnya.

Dari hasil kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten, salah satu penyebab kegagalan petani dalam menghalau serangan WBC adalah belum adanya kesadaran petani untuk memonitoring hama di lahan sawahnya. Padahal dengan pengamatan yang rutin dapat membuat petani lebih waspada saat hama datang.

Seringkali petani baru mengambil tindakan pengendalian ketika ditemukan titik-titik/spot tanaman yang telah kering seperti terbakar. Pada saat itu populasi WBC sudah tinggi dan tindakan pengendalian lebih sulit dilakukan. Selain itu, monitoring yang tidak berkelanjutan setelah dilakukan penyemprotan insektisida menyebabkan petani banyak kecolongan dimana populasi tetap tinggi atau bahkan meningkat. Hal ini bisa jadi penyemprotan pertama belum tuntas dan masih ada telur yang belum menetas.

Mewaspadai serangan WBC, BPTP Banten lakukan pembelajaran Sekolah Lapang (SL) Teknologi Pengendalian WBC pada lokasi Demfarm BPTP Banten seluas 25 ha di Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang. Demfarm dilakukan dengan sistem tanam Jajar Legowo 2:1. Sebelumnya, petani setempat belum pernah menggunakan sistem tanam Jajar Legowo 2:1. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan lokasi endemis WBC.

L Teknologi Pengendalian WBC dipandu Peneliti BPTP Banten, Sri Kurniawati beserta tim kegiatan dari BPTP Banten yang terdiri dari peneliti dan penyuluh. Peserta SL terdiri dari anggota Kelompok Tani Suka Tani IV 25 orang, buruh tani wanita (tandur, ngoyos, panen) 5 orang, PPL 3 orang, POPT 1 orang, dan Babinsa 1 orang.

SL yang dilakukan pada 9 April 2019 merupakan pertemuan ke-4 dari target 6 kali pembelajaran. Salah satu aktifitas dalam pertemuan SL ini adalah melakukan pengamatan secara bersama-sama di lapangan, memaparkan hasil pengamatan, dan melakukan evaluasi pengendalian. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.

“Kami menyambut baik program Demfarm dan Sekolah Lapang Teknologi Pengendalian WBC karena di lahan ini sering kali terserang WBC. Ini kali pertama kami mendapatkan program sehingga banyak sekali yang bisa kami pelajari, semoga permasalahan WBC di Pamarayan bisa teratasi” ujar Ali Kasan, petani peserta SL.

Editor : Hana Sutiawati