Denpasar (Metrobali.com) –

 

Tak ada niat untuk melalaikan kewajiban membayar tunggakan listrik di pemandian air panas Toya Devasya di Kintamani, Bangli, namun apa daya akibat tidak beroperasinya destinasi wisata tersohor di Kintamani Bangli ini membuat perputaran uang (cash flow) menjadi terganggu, meski telah berupaya meminta permohonan tunda bayar namun PLN UPT3 Bali tetap melakukan pemadaman listriknya.

“Hal ini kami anggap tidaklah adil sebab selama ini Toya Devasya punya andil dalam menggerakkan perekonomian dengan mempekerjakan 220 orang belum lagi ada ribuan jaringan travel agent, link bisnis, driver, guide member total ada sekitar 17.000 orang yang memiliki hubungan keterkaitan bisnis,” tutur I Ketut Mardjana, GM Toya Devasya saat temu media di Denpasar, Selasa (12/5/2020).

Ironisnya, PLN tetap bersikukuh melakukan pemutusan listrik hingga lunas dibayarkan, batas waktu 3 bulan sampai 20 Juni 2020, kalau belum dibayarkan akan dibongkar, “Padahal kami sudah 2 bulan lebih tutup, pegawai dirumahkan, sama sekali tidak ada cash flow, listrik kita minta tunda, jangan dicabut, menyambung kembali akan jauh lebih berat,” terangnya dengan cemas

Untuk itu, Pihaknya mendesak adanya kelonggaran dari PT. PLN dan insentif pemerintah sesuai PP Nomor 23 Tahun 2020 yang merupakan payung hukum Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Bahkan, rencananya kami mau mulai buka kembali 1 Juni mundur menjadi 15 Juni 2020 karena ada kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Denpasar. Kami berharap ada modal kerja dari pemerintah, banyak yang harus dibenahi,” pungkas Mardjana yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badan Pengurus Cabang (BPC) Bangli ini.

 

Pewarta : Hidayat
Editor : Whraspati Radha