Ilustrasi

Oleh I Ketut Puspa Adnyana

“Memohon ampunan Kehadapan Ida Hyang Widi Wase, Ida Bhatara, Dewa Dewi, Para Leluhur atas keberanian menulis kembali wewarah dalam pustaka suci yang maha utama, atas salah kutip, salah memahami dan salah menafsirkannya”.

Sejak lahir, kemudian remaja dan akhirnya dewasa (brahmacari) dan menikah (grihastin), mengasingkan diri (wanaprastha) sesorang hidup dengan tekun. Ada yang tekun dalam mempelajari Weda dan melaksanakan hukum hukumnya sampai kepada pemahaman tentang ajaran Weda yang sempurna (Barahmanajnane). Ada yang tekun dalam mempelajari upaya upaya agar menjadi orang sukses, termasyur, memerintah dan hebat (ksatriyajanane). Ada yang tekun memperlajari cara mengumpulkan harta kekayaan, emas dan aset aset berharga lainnya (Waisyajnane). Ada yang tekun dalam upaya membantu kelompok lainnya, tidak mempelajari pengetahuan suci dan terus menerus dalam kehidupan yang rendah (sudrajnane). Hasil akhir (karpahala) dari semua kelompok ini akan diterima dikemudian hari ketika ajal tiba (Yamadanda).

Namun sayangnya, hanya sedikit manusia yang tekun mempelajari “sangkan paraning dumadi” Sumber Kehidupan Sejati dan Pengetahuan Yang Sempurna tentang Atma (Atmajnane). Manusia disibukkan oleh ilmu materi yang mengenyangkan badan fisiknya. Manusia sangat pelit meluangkan waktu untuk mempelajari kepastian tentang dirinya agar memahami sang diri sejati (Atman dan Jiwatman).

Upaya untuk mencari harta kekayaan, kemasyuran hasilnya tidak pasti: hasilnya bisa tidak sesuai rencana. Tetapi kematian adalah hal pasti: tidak pernah meleset. Orang lebih suka belajar ilmu ekonomi dan bisnis, ilmu pemerintahan, ilmu manajemen dan lainnya agar hidup makmur dan berkuasa (lahir, sekala, prawerthi). Tetapi manusia lupa belajar bagaimana menghadapi kematian dan merancang kelahiran kembali (batin, niskala, nirwrethi).

Dalam ajaran Weda semua hal dapat ditemukan. Orang orang yang tidak mempejari Weda atau belajar bukan dari sumber sumber weda pasti akan mengalami kesesatan (atheis). Pengetahuan yang tidak bersumber dari Weda akan musnah dengan sendirinya. Pengetahuan yang tidak bersumber dari Weda akan musnah dengan sendirinya.

Rsi Manu telah menjelaskan kepada Bhagawan Breghu mengenai hukum hukum Weda yang utama. Puncak dari rahasia pengetahuan Weda adalah pengetahaun tentang Atma. Seseorang yang telah mengetahui dengan sempurna pengetahuan tentang Atma (Atmajane, Atmashakti, Atmabalam) akan mencapai kehidupan yang abadi (moksha) yang lain akan lahir kembali. Karena itu menurut ajaran Weda seseorang dapat merancang kelahirannya yang akan datang. Orang Hindu dapat merancang kelahirannya yang akan datang.

Ada tiga karma yang mendominasi yang disebebakan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan yaitu karma satwa, karma rajas dan karma tamah. (1) Orang orang yang berkarma satwa kelak akan lahir menjadi orang yang tekun dalam mempelajari Weda, arif bijaksana, melakukan tapa, berata, yoda, samadi dan terus menerus mengendalikan indera inderanya. (2) Orang orang yang berkarma rajas kelak akan lahir menjadi orang orang yang terus berusaha mengumpulkan kekuasaan, mengupulkan harta kekayaan, kemasyuran, belajar kedigdayaan dan kanuragan, berani berperang dan mengumpulkan alat alat perang, binatang binatang buas singa, harimau dan lainnya. (3) Orang orang yang berkarma tamah kelak akan lahir menjadi orang orang atheis, bodoh, candala, nista, burung pemakan bangkai, cacing, cecak dan pohon serta rumput rumputan serta kenistaan lainnya.

MERACANG KELAHIRAN YANG AKAN DATANG

Umat Hindu sejak anak anak, remaja, dewasa, tua dan menjelang ajal seharusnya terus menerus memiliki cita cita atas kelahirannya yang akan datang, tidak hanya cita cita di masa hidup: menjadi dokter, menjadi pengusaha dan lainnya. Orang orang belajar tentang hidup sukses namun tidak belajar tentang mati. Padahal hidup dan mati tidak dapt dipisahkan. Hidup dan mati adalah kejadian yang  sama, mutlak dan abadi.

(1)Bila menghedaki kelak lahir kembali menjadi orang yang baik, arif bijaksana dan menjadi solusi kehidupan bagi semua makluk, harus menjaga kehidupan yang bersifat satwa saat ini agar memiliki karmawasana satwa.

(2) Bila menghendaki kelak lahir kembali menjadi orang yang berkuasa, memerintah, memiliki kemasyuran, berwibawa, bersifatlah rajas dalam kehidupan ini agar memliki karmawasana rajas.

(3) Bila kelak tidak dapat mengelak lahir menjadi orang yang nista, candala, menjadi burung pemakan bangkai, binatang peliharaan yang buas, binatang binatang melata, binatang kanibal, carnivora, rerumputan dan pohon karena terus menerus dalam sifat sifat tamah sehingga memiliki karmawasana tamas.

Ada dua kelahiran setelah menikmati karma baik atau buruk setelah kematiannya yaitu (1) kelahiran yang berasal dari surga yang disebut swargasuta dan (2) kelahiran yang berasal dari neraka yang disebut nerakasuta. Kedua jenis kelahiran ini tentunya swargasuta lebih bagus. Namun tempatnya bisa berubah bila dalam kehidupannya kelak tekun mempejari Weda dan melaksanakan hukum hukumnya.

Demikian disebutkan dalam ajaran Weda. Sungguh bersyukur menjadi pemeluk Hindu yang taat dan dapat menduga arah kelahiran yang akan datang. Semoga semua makluk berbahagia.

Penulis tinggal di Denpasar, Bali