Yohana Yembise

Jakarta (Metrobali.com)-

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise menegaskan bahwa informasi dan akses pelayanan terhadap penyakit kanker untuk kalangan perempuan di negara berkembang, seperti Indonesia, sangat kurang.

“Perempuan yang terkena penyakit tersebut tentunya kualitas hidupnya akan menurun dan menambah panjang deretan masalah yang akan dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup perempuan Indonesia,” katanya dalam sosialisasi Program Gerakan Nasional Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia di Istana Negara Jakarta, Rabu (18/3).

Menurut dia, kondisi itu memberatkan masyarakat, karena perempuan memiliki tanggung jawab ekonomi yang cukup besar terhadap keluarga dan masyarakat.

Ia menyatakan kanker yang menyerang perempuan adalah kanker leher rahim dan payudara.

“Saya menyambut sosialisasi ini karena ini sudah menjadi tugas saya sebagai Menteri Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,” katanya.

Ia menyebutkan rahim merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi perempuan yang perlu dijaga dan dipelihara kesehatannya.

“Kanker serviks merupakan isu penting bagi perempuan karena terkait dengan kesehatan reproduksi perempuan,” katanya.

Berdasar data WHO Tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012 atau meningkat 12 persen.

Selain itu, jumlah kematian juga meningkat dari 7,6 juta orang menjadi 8,2 juta pada tahun 2012 atau meningkat 8,0 persen.

“Kanker menjadi penyebab kematian nomer dua di dunia yaitu sebesar 13 persen, setelah penyakit kardiovaskular,” katanya.

Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi, berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013, prevalensi tumor kanker Indonesia adalah 1,4 per 1.000 penduduk atau 330.000 orang.

Kanker yang umumnya menyerang perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim.

Berdasarkan sistem informasi RS tahun 2010, jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang dan kanker serviks 5.349 orang, kemudian disusul kanker darah atau leukimia sebanyak 4.342 orang, kanker paru sekitar 3.244 orang.

Menurut Yohana, diagnosa terhadap penyakit kanker serviks merupakan hal yang sangat menakutkan sehingga perlu dukungan tidak saja dari keluarganya terutama keterlibatan suami dan keluarga yang akan merawat mereka selama pengobatan tapi juga tenaga medis yang membantu mereka agar memahami proses yang akan mereka hadapi.

“Perawatan kepada penderita kanker memerlukan peran keluarga dan suami agar penderita tidak mengalami stres yang akan berakibat memperparah kondisi kesehatannya,” katanya.

Ia menyatakan akan mendukung harapan Ibu Negara Iriana Joko Widodo untuk terus melakukan penyuluhan dan pendekatan kepada masyarakat, terutama para perempuan, agar memahami bahaya kanker serviks. AN-MB