Sudirman Said 1

Cilacap (Metrobali.com)-

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan proyek pembangunan kilang “Residual Fluid Catalytic Cracking” (RFCC) tahap I dijadwalkan selesai pada Juni 2015.

“Juni nanti tahap I selesai, akan dilanjutkan tahun 2018, ‘blue sky’ (Program Langit Biru, red.),” katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (3/5).

Sudirman Said mengatakan hal itu kepada wartawan usai mengunjungi proyek pembangunan kilang RFCC di kompleks Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Karangkandri 2 berkapasitas 1×660 Megawatt di kompleks PLTU Karangkandri, Kesugihan, dan proyek pembangunan PLTU Unit 2 Jawa Tengah berkapasitas 1×660 megawatt di Desa Bunton, Kecamatan Adipala, Cilacap.

Menurut dia, RFCC merupakan modernisasi kilang agar bisa memproduksi produk yang lebih bernilai tambah.

Dia menjelaskan pengolahan minyak mentah yang semula selesai hingga produk minyak bakar (fuel oil) nantinya diolah menjadi Pertamax, “propylene”, dan beberapa produk bernilai tambah tinggi lainnya.

“Jadi, ini satu capaian dari proses pembangunan kedaulatan energi karena dengan itu, impor akan berkurang, makin banyak produk yang bisa disiapkan dalam negeri,” katanya.

Ia mengatakan Pertamina RU IV Cilacap menyumbang 30 persen suplai bahan bakar minyak (BBM) nasional.

Disinggung mengenai perpanjangan kontrak blok minyak dan gas habis kontrak kerja sama, Sudirman mengaku sudah menandatangani peraturan menteri (permen) terkait dengan permasalahan tersebut.

“Permennya sudah kita siapkan dan itu menjadi pedoman. Jadi nanti setiap ada kontrak yang selesai, menggunakan itu (Peraturan Menteri ESDM, red.),” katanya.

Proyek pembangunan RFCC yang pemasangan tiang pancang pertamanya diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 Desember 2011 itu, menggunakan Technology Licensor UOP dan AXENS dengan nilai investasi sebesar 1,4 miliar dolar Amerika Serikat.

Proyek itu, diharapkan dapat meningkatkan produksi “gasoline” 1,9 juta kiloliter per tahun, meningkatkan produksi elpiji 352.000 ton per tahun, dan akan memroduksi produk “propylene” 142.000 ton per tahun.

Produksi “propylene’ tersebut, diharapkan dapat menambah pasokan untuk kebutuhan petrokimia pada industri plastik domestik yang selama ini bergantung pada impor. AN-MB