SEKELOMPOK anak sekolah dasar di Kota Denpasar sedang asyik bermain di halaman sekolah saat jam istirahat, namun mendadak mereka bubar, saat seekor anjing lewat di hadapan mereka.Anjing itu tidak menggonggong dan menggigit mereka, namun anak-anak itu terlanjur ketakutan. Sebagian mereka bahkan ada yang lari ke kelas.Kondisi seperti itu makin kerap terjadi sejak Pulau Dewata dinyatakan terpapar virus rabies pada November 2008. Bukan hanya anak-anak yang ketakutan bila bertemu anjing, remaja dan orang dewasa juga mengalami hal yang sama.

Sejak Bali terserang rabies, sebayak 131 orang meninggal akibat gigitan anjing, 54 orang diantaranya positif rabies.

Pemerintah Provinsi Bali dengan dukungan pemerintah pusat melakukan berbagai upaya, agar Bali bisa segera bebas rabies.

Dukungan untuk menjadikan Bali bebas rabies dalam waktu singkat juga datang dari organisasi internasional seperti organisasi kesehatan dunia (WHO), organisasi pangan dan dari sejumlah negara di dunia, tutur Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali I Putu Sumantra.

Upaya yang dilakukan antara lain melakukan vaksinasi massal terhadap seluruh anjing piaraan masyarakat dan melakukan eliminasi terhadap anjing-anjing liar yang tidak bertuan.

Vaksinasi massal itu sudah dilakukan dua kali, kini sedangkan dalam pelaksanaan vaksinasi yang kedua terhadap anjing, dengan sasaran minimal menjangkau 80 persen dari populasi anjing yang ada.

Upaya itu diharapkan dapat tercapai pada akhir 2012 atau awal 2013. Dukungan untuk mewujudkan Bali bebas rabies juga datang dari pemerintah Australia, Pemerintah Amerika.

Pemerintah Australia misalnya membantu pengadaan 300.000 vial vaksin untuk vaksinasi anjing yang sudah diserahkan Maret lalu dan pemerintah Amerika Serikat membantu dana untuk penanggulangan rabies sebesar 500.000 dolar AS.

Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Bidang Laut, Lingkungan, dan Urusan Ilmiah Internasional Kerri-Ann Jones di sela-sela mengikuti ASEAN Ministerial Meeting yang berlangsung di kawasan Nusa Dua Kabupaten Badung, Bali menyempatkan diri melihat dari dekat vaksinasi anjing tahap kedua di Desa Gulingan, Kabupaten Badung.

Melihat kenyataan yang serius dan sungguh di lapangan, ia yakin  Bali mampu membebaskan diri dari rabies pada akhir 2012 atau memasuki tahun 2013, sesuai sasaran yang diinginkan pemerintah dan masyarakat setempat.

Vaksinasi yang dilakukan berkesinambungan, kini memasuki tahap kedua mampu mampu menurunkan kasus dan menekan penyebaran penyakit anjing gila hingga 50 persen. Prestasi itu tergolong sangat baik, dan dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan kegiatan vaksinasi anjing secara berkala.

1.000 petugas Gempar
Dinas Peternakan Provinsi Bali dalam melakukan vaksinasi anjing tahap kedua mulai Mei hingga Oktober 2011 mengerahkan 1.000 petugas dari unsur instansi teknis, lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dan tokoh masyarakat setempat dalam Gerakan Massal Pemberantasan Rabies (Gempar).

Mereka dibagi dalam 195 tim, masing-masing tim beranggotakan lima-enam orang dengan sasaran menjangkau delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Pada bulan Desember 2011 seluruh tim kembali  akan bergerak “menyisir” lokasi-lokasi yang kemungkinan belum terjangkau dalam pelaksanaan vaksinasi tersebut.

Tim mempunyai sasaran untuk menjangkau 300.000 ekor anjing atau mencapai lebih 70 persen dari populasi anjing yang ada. Vaksinasi anjing secara massal tahap kedua itu menurut Kadis Putu Sumantra tetap diimbangi oleh masyarakat untuk melakukan pemeliharaan hewan penular rabies, sekaligus menjaga ketentraman dan ketertiban dalam lingkungan masyarakat masing-masing.

Upaya tersebut perlu dukungan dan peran serta semua pihak untuk mewaspadai, mengendalikan dan memberantasan menuju Bali bebas rabies dalam waktu yang singkat.

Kementerian Pertanian langsung mengucurkan dana sebesar Rp1,7 miliar untuk mengatasi kekurangan dana gerakan massal pemberantasan rabies di Pulau Dewata.

Dengan dukungan dana yang memadai itu diharapkan pelaksanaan vaksinasi anjing mampu menjangkau seluruh sasaran, yakni 70-80 persen dari populasi anjing.

“Kami optimistis pada akhir 2012 di seluruh daerah tujuan wisata internasional ini akan nihil dari kasus tersebut,” ujar Putu Sumantra.

Bali yang terjangkit virus rabies itu dimanfaatkan oleh Organisasi kesehatan dunia (WHO)  bekerja sama dengan Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian serta  Balai Besar Veteriner Denpasar melakukan kajian epidemiologis terhadap penyakit rabies di Pulau.

Kajian tersebut menyangkut respon antibodi anjing yang telah divaksinasi, kecuali di Nusa Penida, pulau yang terpisah dengan daratan  Bali, namun secara administratif masuk wilayah Kabupaten Karangasem.

Hasil kajian itu menunjukkan, antibodi anjing masih rendah yakni 41,88 persen dari 1.354 sampel yang diuji laboratorium, yang protektif hanya 567 sampel.

Hasil audit yang dilakukan tim terpadu  terhadap rantai dingin (cold chain) alat penyimpanan vaksin rabies dari jumlah yang tersedia direkomendasikan hanya 50 persen.

Oleh sebab itu tim teknis rabies Bali bersama Direktorat Kesehatan  Kementeriaan Pertanian menyepakati pelaksanaan vaksinasi massal rabies tahap kedua di Pulau Dewata yang kini sedang dilakukan secara seerius dan sungguh-sungguh.

Dengan berbagai upaya itu diharapkan Bali segera bebas dari rabies, sekaligus meningkatkan citra pariwisata di dunia internasional, yang selama ini tetap menjadi daerah tujuan wisatawan dari berbagai nagara di belahan dunia.

Oleh  I Ketut Sutika