Singaraja (Metrobali.com)-

Semangat, kerja keras, keuletan, inovasi dan kreatifitas merupakan kunci keberhasilan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) yang merupakan salah satu program unggulan Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Pendapat tersebut diungkapkan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mujangga Amertha Giri Banjar Belulang Desa Sepang Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng I Wayan Wardana ditemui di lokasi Simantri 067, Rabu (3/4).

Gapoktan yang diketuai Wardana beranggotakan 13 kelompok tani atau 361 KK merupakan salah satu pengelola Simantri yang cukup berhasil mengangkat perekonomian para petani yang tergabung di dalamnya. Menurut Wardana, keberhasilan yang diraih oleh Simantri 067 tidak dicapai secara instan. “Semua yang kami capai sekarang ini hasil kerja keras dan kesungguhan seluruh anggota,” imbuhnya. Wardana berkeyakinan, Simantri yang dikelola dengan setengah hati tidak akan membuahkan hasil maksimal. Selain itu, pengelolaan Simantri juga membutuhkan kreatifitas, inovasi serta semangat kewirausahaan.

Apa yang diuraikan Wardana bukan isapan jempol semata. Pria kelahiran 13 April 1967 ini rajin melakukan uji coba serta mencari berbagai informasi di internet untuk pengembangan Simantri yang dikelolanya. Alhasil, Simantri Kambing yang dikembangkan sejak tahun 2011, saat ini telah menghasilkan berbagai produk olahan sampingan berbahan dasar susu kambing etawa diantaranya sabun padat, sabun cair dan krupuk susu kambing. Tak puas sampai di sana, Wardana pun mulai uji coba membuat lulur dan handbody lotion berbahan dasar susu kambing. Seluruh produk tersebut dikombinasikan dengan sejumlah hasil komoditi pertanian lainnya seperti pepaya, lidah buaya, coklat, kopi, sereh, mengkudu dan strawberry. “Sebagian kita tanam di sini, sebagian lagi disuplay dari desa sekitar,” imbuhnya. Selain itu, Simantri 067 juga menghasilkan produk susu kambing segar. Pemasaran berbagai pronduk itu telah tersebar di seluruh Bali, Banyuwangi hingga Malang. Pangsa pasar menurutnya masih sangat terbuka karena makin meningkatnya permintaan.

Sementara hasil sampingan seperti bio urine, biogas serta pupuk selama dimanfaatkan maksimal oleh anggota Gapoktan. Pupuk dan biourine dimanfaatkan untuk petani dalam pengelolaan 110 hektare tanaman kopi robusta yang merupakan salah satu hasil pertanian andalan kawasan tersebut. “Untuk pupuk dan biourine dimanfaatkan penuh oleh anggota kami dalam pengelolaan lahan mereka. Nilai ekonomisnya, kami tidak usah beli pupuk lagi,” imbuhnya. Padahal, biourine yang dihasilkan Simantri ini mulai dilirik oleh petani strawberry di kawasan Pancasari.

Masih di wilayah Busungbiu, semangat dalam pengelolaan Simantri juga ditunjukkan oleh Gapoktan Werdi Asih Giri Sari yang berlokasi di Desa Pucuk Sari. Ketua Gapoktan Ketut Kawi Sarjana menjelaskan, pihaknya mendapat bantuan Program Simantri Kambing pada anggaran perubahan 2012. Namun, petani yang tergabung dalam Gapoktan itu sudah tidak asing dengan ternak kambing. Menurut Kawi Sarjana, pengembangan kambing di wilayahnya memang sangat menjanjikan. Bahkan, belakangan hasil beternak kambing bernilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan kebun kopi yang mereka miliki. Karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi program Simantri yang diluncurkan Pemprov Bali. “Kami optimis, dengan campur tangan pemerintah melalui program Simantri, usaha ternak kambing dan hasil sampingannya mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat di sini,” imbuhnya. DP-MB