Dengan kerendahan hati Prof. Nur Syam, Sekjen Kementerian Agama, menyebut tulisan lepasnya sebagai sampah akademis. Alasannya, tulisan yang tersusun dalam sebuah buku berjudul Dari Balik Birokrasi itu tidak memiliki kadar ilmiah. Tulisannya pun tidak mengindahkan metodologi yang rumit.

Di sisi lain ia pun mengaku hal itu bukan sampah beneran, akan tetapi sampah yang dihasilkan oleh proses keativitas. Sekurang-kurangnya masih bisa dibaca untuk direnungkan terutama hal-hal yang memiliki nilai positif.

Karena itu ia menyatakan tidak berpretensi untuk menggurui siapa pun. Tulisan itu hanya rekaman pengalaman dan renungan tentang dunia birokrasi yang konservatif, meskipun sedang menuju kepada perubahan, yang dikonsepsikan sebagai reformasi birokrasi.

Disebutkan bahwa salah satu penggerak penting pemerintah adalah birokrasi. Di dunia mana pun birokrasi yang bersih, berwibawa dan bertanggung jawab adalah kunci keberhasilan pembangunan. Makanya, tantangan ke depan untuk membangun Indonesia juga tergantung bagaimana birokrasi di Indonesia menjadi semakin baik.

Ada dua ungkapan yang sering dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan apakah birokrasi itu baik atau sebaliknya, yaitu “Good Governance” dan “Clean Government”.

Nur Syam, mantan dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya, ini dalam buknya setebal 462 halaman (+ xvi) dengan 163 tulisan lepas, sengaja menggunakan huruf besar untuk menyebut keduanya, guna menunjukkan betapa pentingnya kedua hal tersebut.

Di antara kritik atas kenyataan implementasi birokrasi adalah tentang masih berkecamuknya korupsi, nepotisme dan kolusi yang terjadi di birokrasi. Masih banyak pejabat yang tersandera perilaku koruptif, kolutif dan nepotisme. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan rumah pimpinan nasional ke depan, 2014-2019, yang terkait dengan birokrasi adalah bagaimana menyembuhkan penyakit birokrasi seperti ini.

Untuk memperoleh reformasi birokrasi yang memadai dengan mengedepankan “clean government” dan “good governance”, maka sejumlah sikap dan tindakan perlu dilakukan. Utamanya, memilih SDM yang memiliki integritas yang tinggi.

Bagaimana pun hebatnya kompetensi dan profesionalitas jika tidak dibarengi dengan karakter atau akhlakul karimah, maka rasanya juga tidak ada manfaatnya. Di sinilah arti pentingnya pendidikan karakter bagi bangsa ini. Tidak hanya kepada anak didik di lembaga pendidikan akan tetapi juga yang ada di birokrasi dan masyarakat luas lainnya.

Menurut Nur Syam, kata kunci untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini adalah dengan mengembangkan akhlak yang mulia. Orang Arab jahiliyah bisa dibangun oleh Nabi Muhammad SAW adalah karena perbaikan akhlak mulia. Akhlak yang baik bagi semua anak bangsa akan menentukan terhadap kebaikan bangsa ini di masa depan.

Pembangunan hakikatnya adalah usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya. Pembangunan yang menyeluruh, materiil dan spiritual, yang tidak memisahkan antara keduanya. Inilah keunikan Indonesia, dimana bukan hanya aspek materiil saja yang dibangun tetapi juga aspek spiritualnya. Jadi, pembangunan di Indonesia menegaskan bahwa dunia matriil tidak dipisahkan dengan spiritual. Tidak dipisahkan antara relegiusitas dengan fisik, antara body dan soul.

Kritik Nur Syam terhadap dunia pendidikan masa kini adalah banyaknya persoalan di dalamnya. Ia mengutip pendapat mantan Mendikbud Prof Muhammad Nuh. Nuh dalam satu kesempatan menyatakan jika orang ingin masuk ke dalam masalah, maka masuklah di dalam dunia pendidikan, sebab di dalam dunia pendidikan itu terdapat 1001 masalah. Dan uniknya adalah ketika satu masalah diselesaikan, maka muncullah masalah lainnya. Jadi, rasanya tidak pernah lepas dari masalah itu.

Ia menyatakan bahwa problem pendidikan itu sudah sistemik, artinya bahwa antara satu dengan lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Memang harus diakui bahwa di era modern dan era teknologi informasi ini, sumber belajar itu menjadi sangat bervariasi. Sumber belajar itu tidak hanya guru, tetapi juga internet dengan segala kehebatan dan kekurangannya. Di era tekonologi informasi ini, internet menjadi dewa baru dalam kaitannya dengan sumber pengetahuan.

Melalui teknologi ini dengan sangat mudah dan cepat orang akan dapat mengakses informasi. Bisa dinyatakan bahwa internet “is the power”. Internet di dalam dirinya terdapat kekuasaan. Yaitu kekuasaan untuk menjadi sumber informasi yang cepat dan mudah.

Terkait dengan itu ia berharap semua ahli pendidikan harus mengarahkan pikiran dan kerja kerasnya untuk mengembangkan pendidikan Islam yang rahmaan lil alamin ini, sebab jika tidak dilakukan, maka Islam Indonesia yang dikenal sebagai contoh terbaik tentang Islam di dunia akan menjadi pudar.

Di dalam pertemuan Komite Pendidikan yang langsung dipimpin oleh Wakil Presiden saat itu Prof Dr Budiono, dinyatakan bahwa tingkat kedisplinan para pendidik, bisa saja guru dan dosen, memang masih perlu perhatian. Meskipun guru sudah lebih sejahtera, akan tetapi tingkat kedisplinannya masih memprihatinkan. Keluhan tentang hal ini tentu saja sebagai pertanda bahwa dunia pendidikan masih menyisakan masalah yang terkait dengan SDM tenaga pendidik.

Pendidikan, Kata Kunci Pendidikan adalah kata kunci peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, kekuatan SDM tentu sangat tergantung kepada bagaimana kualitas pendidikannya.

Untuk meningkatkan pendidikan, Nur Syam juga sempat mengangkat sejarah Rasullulah yang tujuannya sebagai inspirasi bagi bangsa. Katanya, kehadiran Nabi selalu dikaitkan dengan masyarakat berkeadaban. Masyarakat beradab tentu adalah masyarakat yang di dalam dirinya tiga sikap mendasar, yaitu masyarakat yang berteologis, masyarakat yang menjunjung nilai kemanusiaan dan masyarakat yang menghargai alam lingkungannya.

Tuhan, manusia dan alam menjadi fokus perlakuan yang seimbang. Nabi Muhammad mengajarkan “hablum minallah”, “hablum minan nas” dan “hablum minal alam”. Membangun relasi yang seimbang di antara ketiganya adalah keharusan bagi setiap Muslim.

Agar menjadi masyarakat yang beradab, maka pendidikan menjadi sangat penting. Ada banyak petunjuk tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW mengapresiasi terhadap pendidikan. Ungkapan bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi kaum muslimin adalah kata kunci tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW memberikan tekanan terhadap pentinnya pendidikan.

Ada kesadaran sepenuhnya bahwa membangun manusia tentu harus dimulai dengan pendidikan. Untuk kepentingan dokumentasi, maka Nabi juga menunjuk staf khusus yang mencatat terhadap hal penting di dalam kehidupannya. Bahkan hutang harus dicatat dengan catatan yang rapi.

Menulis dan membaca adalah produk pendidikan. Coba dinalar, bagaimana Nabi yang dianggap sebagai tidak bisa membaca dan menulis akan tetapi menganjurkan agar umat Islam mencari ilmu bahkan ke negeri Cina. Tentu saja dipandu oleh pandangan mata batinya bahwa negeri Cina kala itu sudah sangat maju dalam pendidikan. Banyak ahli filsafat dan ahli ilmu pengetahuan di Cina, sehingga pantas jika menjadikan kiblat dunia pendidikan.

Kemajuan Islam yang luar biasa melalui pendidikan akhirnya tercatat dalam sejarah. Namun semua itu tentu diilhami oleh semangat pendidikan yang dicanangkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tanpa inspirasi yang datang dari Nabi Muhammad baik di dalam hadits maupun yang tertera di dalam Al Quran, maka umat Islam bergerak dengan kekuatan luar biasa untuk meraih prestasi pendidikan.

Gerakan pendidikan yang dilakukan oleh para khalifah dan bijak bestari di zaman pertengahan, yang menghasilkan orang besar di berbagai bidang ilmu pengetahuan adalah inspirasi yang diperoleh dari membaca sejarah Nabi Muhammad dan berbagai warisan ilmu pengetahuan yang ditinggalkannya.

Kitab Suci Al Quran adalah sumber inspirasi yang luar biasa agar orang terus mencari dan menemukan sesuatu yang baru di dalam ilmu pengetahuan.

Teknologi Nur Sayam menyebutkan melalui teknologi informasi yang semakin kuat, maka orang dengan sangat mudah untuk mengakses informasi ini. Akan tetapi yang tidak kalah penting adalah mindset untuk terus mencari dan berusaha untuk menemukan informasi penting yang diperlukan.

Hanya sayangnya bahwa di tengah banjir informasi tersebut tidak bisa dimanfaatkan oleh sebagian mahasiswa. Mereka lebih cenderung untuk memasuki wilayah jejaring sosial daripada masuk ke wilayah pencarian informasi akademik. Tentu akibatnya adalah terbuangnya waktu untuk kepentingan individu dalam pemenuhan nonakademik.

Belajar adalah latihan dan pembiasaan bahkan bukan paksaan. Makanya, dosen juga harus memberikan arahan yang kuat tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa. Di dalam konteks ini, kita juga bisa bertanya ada berapa banyak tugas bacaan buku untuk mahasiswa yang diarahkan oleh para dosennya. Apakah cukup satu paper dalam satu semester, atau cukup dengan ujian saja atau ada sejumlah buku yang harus dibaca dan dipresentasikan di dalam ruang kuliah atau di tempat lain. Dosen dengan demikian adalah pentransfer ilmu dan sekaligus juga pamong bagi para mahasiswanya agar dapat meraih prestasi belajar yang sangat baik.

Nur Syam tak hanya bicara birokrasi. Pentingnya dunia pendidikan dan kurikulum pendidikan lama dan baru dengan segala plus minusnya pun dibahas.

Ia juga bertutur tentang ilmu agama dalam kajian akademik. Ternyata keberadaan ilmu agama belum memperoleh pengakuan dari para guru besar lain yang pemikirannya memang mengambil contoh dan dipengaruhi oleh cara pikir barat. Mereka ini adalah para guru besar yang di dalam banyak hal berada di dalam universitas umum yang memperoleh bahan pemikiran barat dengan segala kekuatan yang menopangnya.

Padahal kajian Islam demikian berkembang pesat. Karena itu jika ada yang mempertanyakan apakah ada ilmu agama, ia menyatakan bahwa hal itu merupakan pertanyaan yang ketinggalan zaman.

Meski buku ini berisi tulisan lepas, tetapi satu artikel dengan materi lainnya jika disimak satu per satu seperti lapisan batu merah yang membentuk sebuah bangunan. Seolah batu bata disusun dengan apik, terjalin dalam satu kesatuan sehingga berdiri bangunan kokoh yang bagi siapa pun pembacanya akan dapat menikmati dengan asyik.

Penyuguhan tulisannya pun tak terlalu formal. Gaya tulisan bercakap dan ngepop. Mudah dipahami bagi segala usia. Sehingga tidak heran ketika membaca judul-judul tulisan seperti: Tantangan Islam dan Modernitas, Sepakbola dan Religiositas Anak-Anak Muda, Indonesia itu Surga Dunia, Perbedaan sebagai Sunatullah, Pluralisme Sosiologis dan Indonesia adalah Negara Besar, bangkit perasaan kebersamaan dan semangat membangun negeri bersama.

Memang Buku ini berbeda dengan terbitan dari instansi pemerintah yang biasanya mengesankan formal. Tetapi justru, dari rangkaian sejumlah tulisannya, mengandung motivasi bagi setiap pembaca.

Buku yang diterbitkan pada Oktober 2014 oleh penerbit PT Senema Sejahtera Utama ini sangat layak dibaca bagi semua kalangan. Khususnya pemerhati sosial keagamaan, perguruan tinggi dan kalangan birokrat.

Menteri Agama Lukman Hakim menyatakan, buku ini ternyata sangat penting bagi dunia pendidikan dengan basis ilmu ketarbiyahan, percepatan reformasi birokrasi guna menyongsong Indonesia Emas. AN-MB