Keterangan foto: Penerapan Teknologi 4.0 di bidang pertanian oleh Kementerian Pertanian/MB

Jakarta, (Metrobali.com) –

Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Untuk mempercepat target tersebut perlu modernisasi pertanian yang salah satu cara adalah melalui penerapan Teknologi 4.0 di bidang pertanian.

Demikian dinyatakan oleh Direktur Alsintan Kementan, Andi Nur Alam Syah, hari ini Sabtu (01/09/19) di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Badan Litbang Pertanian dalam rangka meninjau aplikasi teknologi ini di bidang perpadian.

Nur Alam, menjelaskan bahwa kerangka Teknologi 4.0 di bidang pertanian dikemas dalam bentuk Mekanisasi 4.0 yang sekaligus menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 di segala bidang. Kementan sejak 2018 telah memulai riset dan perekayasaan terkait teknologi alat dan mesin pertanian yang berbasis IoT (Internet of Thing), cyber-physical system, dan management information system.

Pada bagian lain Nur Alam, menjelaskannya bahwa beberapa karya Kementan untuk membangun pertanian 4.0 diantaranya telah dihasilkan alsintan, antara lain drone penebar benih padi, robot tanam padi, autonomous tractor, dan mesin panen plus olah tanah yang terintegrasi. Keempat alsintan tersebut saat ini bisa menjadi solusi petani Indonesia dalam melakukan usahatani moderen, seperti yang tengah dicoba di BB Padi.

Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan) Badan Litbang Pertanian, Agung Prabowo, saat ditemui di lokasi menyatakan bahwa Mekanisasi 4.0 dalam waktu tidak lama lagi siap dikembangkan di tingkat petani. Sebagai contoh drone penebar benih mampu menebar benih satu hektare (ha) lahan dalam waktu 1 jam dengan kapasitas 50 – 60 kg per hektare.

Menurut Agung, drone penebar benih ini mampu bekerja mandiri sesuai pola/alur yang sudah dibuat pada perangkat android dan dipandu oleh GPS. Drone ini mampu melakukan resume operation, sehingga operation yang tertunda dapat dilanjutkan kembali sehingga tdk terjadi overlap dan dilakukan secara otomatis. Ketahanan batere mampu operasi selama 20 menit dengan kapasitas angkut maksimal 6 kg benih padi.

Mekanisasi 4.0 lainnya yang siap dikembangkan adalah robot tanam padi. Menurut Agung, robot tanam padi ini dapat difungsikan untuk menanam bibit padi di lahan sawah yang mampu berkomunikasi melalui Internet of Thing (IoT) melalui sarana GPS (Global Positioning System) dan mampu bekerja mandiri.

Spesifikasi robot tanam padi ini mempunyai lebar tanam: 30 cm, 6 baris tanam, kecepatan Kerja 2,0 km/jam, lebar kerja 1,8 m dan memiliki kapasitas kerja 0,36 ha/jam atau 3 jam/ha.

Selain teknologi alsintan (alat mesin pertanian) di atas, saat ini sudah siap dikembangkan autonomous tractor, traktor roda 4 tanpa awak yang dikendalikan sistem navigasi berbasis IoT. Traktor ini dapat melakukan pengolahan lahan sesuai peta perencanaan menggunakan GPS.

Selanjutnya pada tahap panen dan menjelang tanam berikutnya, Agung Prabowo menunjukkan kesiapan Alsin panen padi terintegrasi dengan olah tanah. Alat ini merupakan Alsin yang mampu melakukan dua tahap pekerjaan (panen dan olah tanah) dalam satu proses operasional, yaitu proses memanen padi sekaligus olah tanah dengan rotari, jelasnya. Alsin ini mampu mempercepat dan mengurangi pekerjaan olah tanah, memutus siklus perkembangan OPT padi, dan mengkondisikan sanitasi lingkungan pasca panen yang baik.

Melalui implementasi Mekanisasi 4.0 di sektor pertanian, diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efisien guna menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, dan daya saing.

Kepala BB Padi Balitbangtan, Priatna Sasmita, merespon positif aplikasi pertanian 4.0 khususnya dalam perpadian. Sasmita menyatakan teknogi ini menjadi pendongkrak signifikan kenaikan pendapatan karena berdampak terhadap peningkatan efisiensi baik pada tahap olah tanah, tanam, pemeliharaan hingga panen. Efisiensi teknologi ini menekan input produksi, waktu, SDM, serta menekan kehilangan hasil dan meningkatkan mutu panen serta memiliki daya saing.

Untuk itu menurut Sasmita, komponen-komponen teknologi budidaya mulai perbenihan hingga panen dan pasca panen yg telah ada harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi 4.0 ini.