Singaraja (Metrobali.com)-

Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menilai negara ini sedang mengidap penyakit  emosi jiwa. Hal itu dikatakan Megawati dihadapan ribuan kader dan simpatisan di Kabupaten Buleleng.

“Ketika berkuasa, semuanya menjadi tidak waras. Dan kemudian mengidap penyakit emosi jiwa,” ucap Megawati, Kamis 9 Mei 2013. Menurut dia, gejala ini sering mengidap kandidat gubernur incumbent. Emosi jiwa ini juga menghinggapi petugas pilkada mulai KPU, Panwaslu dan lainnya.

Pada kesempatan itu Megawati menjelaskan mengapa ia tak lagi merekomendasikan Made Mangku Pastika seperti pada Pilgub 2008 lalu. “Partai memiliki pertimbangan dan mekanisme yang jelas dan terukur, sebelum memberikan rekomendasi kepada cagub dan cawagub,” papar Megawati.

Sebelum menjatuhkan rekomendasi, Megawati mengaku terus mengamati seorang kandidat dan menerima masukan berbagai pihak tentang rekam jejak dan perjalanan seseorang yang akan mendapat rekomendasi sebagai petugas partai di eksekutif.

“Tadinya dia (Pastika-red) baik. Tapi setelah punya kekusaan menjadi mabuk,” seloroh Megawati di kampung nelayan Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali.

Hal itu tercermin dari langkah dan cara-cara yang dilakukan dengan menggunakan kekuasaan lewat Panwaslu atau KPU untuk mengganjal laju pasangan gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDIP, Anak Agung Ngurah Puspayoga dan Dewa Nyoman Sukrawan.

Karenanya, dia mengingatkan, Pastika yang pada Pilgub ini maju melalui koalisi Golkar-Demokrat dan tujuh partai lainnya itu bisa besar seperti sekarang tak lepas sokongan partai berlambang moncong putih tersebut saat maju dalam pilgub 2008.

Hanya saja, setelah melihat rekam jejaknya, Megawati akhirnya menjatuhkan pilihan kepada dua kader muda PDIP. “Puspayoga dan Sukrawan ini pilihan PDIP, pilihan Megawati, jadi ingat nomor satu, PAS,” tegas Megawati dalam acara yang dihadiri kandidat gubernur Puspayoga dan istri Bintang Puspayoga.

“Selaku ketua partai, saya mengingatkan jangan bermain kotor. Rakyat jangan digiring ke sana ke situ. Saya prihatin pilkada masih seperti tempat mengeruk uang. Orang telah lupa dan kehormatannya sudah tidak ada lagi,” tegasnya. BOB-MB