Keterangan foto: Puluhan wartawan media online, cetak dan televisi diajak meninjau secara langsung Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Ampenan milik  PT. Pertamina (Persero) di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (13/7)/MB
Mataram, (Metrobali.com) –
Puluhan wartawan media online, cetak dan televisi diajak meninjau secara langsung Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Ampenan milik  PT. Pertamina (Persero) di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (13/7).
TBBM ini merupakan salah satu Unit Operasi Suplai & Distribusi di Direktorat Pemasaran Marketing Operation Region V yang berada di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Suplai BBM masih mengandalkan suplai dari Depo Pertamina Manggis di Bali, sejauh ini pasokan dan distribusi BBM melalui TBBM Ampenan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat NTB dengan baik.

Namun demikian TBBM Ampenan yang dibangun pada tahun 1956 dengan luas area 36000 meter persegi ini, seiring dengan perkembangan NTB, termasuk pariwisata yang mulai merencanakan program pengembangan untuk mengatisipasi dan memenuhi kebutuhan pasar. “Kemampuan CBM selama ini hanya bertumpu pada tanker dengan DWT 6.500, dengan kedatangan tanker dalam 1 bulan 20-25 kapal,” kata La Imbo, Operation Head TBBM Ampenan PT. Pertamina (Persero) di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, NTB, Jumat (13/7).

Dengan hanya bertumpu pada tanker untuk suplai ke TBBM Ampenan, menurutnya sangat beresiko apabila terjadi gelombang dan ombak besar baik di terminal back loading maupun di lokasi. Sehingga, rawan terjadinya krisis stok BBM yang akan berdampak terhadap perekonomian Provinsi NTB.

Dalam kesempatan itu, pria asal Kendari ini memaparkan fluktuasi penyaluran BBM dan BBK tahun 2017 dan 2018 di TBBM Ampenan yang mengalami penurunan untuk jenis tertentu, namun ada kenaikan pada jenis lain. Penyaluran jenis premium tahun 2017 sebanyak 108.965 KL, tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 10,489 KL atau turun 7,80 persen. Begitu juga dengan solar yang mengalami penurunan, tahun 2017 sebanyak 116.892 KL, tahun 2018 turun menjadi 93.326 atau berkurang 20,16 persen. “Komsemen banyak beralih dari premium ke pertelite. Sedangkan solar, PLN tidak setiap saat menggunakan solar,” ujarnya.

Sementara itu untuk jenis pertamax mengalami kenaikan dari 2017 hanya 93.326 KL pda tahun 2018 ini naik menjadi 26,928 KL atau naik 22,24 persen. Flutuasi tertinggi untuk penyaluran pada pertalite, tahun 2017 hanya  22,902, tahun 2018 ini naik menjadi 35,392, atau baik 54,54persen.

Karena itu, salah satu program pengembangannya tahun 2019 mendatang, akan dikembangkan pembangunan CBM (Calculate Cubic Metres) berkapasitas 17.500 DWT (Dead Weight Tonnage). Diharapkan dengan pembangunan ini mengurangi kedatangan kapal yang akan melaksanakan supli dan menjaga stabilitas stok BBM di Provinsi NTB. “Kemudian membuat tangki timbun kapasitas 5000KL yang saat ini masih dalam proses survei,” terangnya. RED-MB

Editor: Hana Sutiawati