Gubernur Bali Made Mangku Pastika kembali bertatap muka secara langsung dengan pengungsi di Posko Banjar Tembok

 Gubernur Bali Made Mangku Pastika kembali bertatap muka secara langsung dengan pengungsi di Posko Banjar Tembok, Posko Desa Sambirenteng, Posko Desa Les dan Desa Bukti Kabupaten Buleleng, Sabtu (30/9)

Buleleng (Metrobali.com)-

Sehari setelah dilaksanakan evaluasi terhadap jumlah pengungsi dan rencana aksinya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika kembali bertatap muka secara langsung dengan pengungsi di Posko Banjar Tembok, Posko Desa Sambirenteng, Posko Desa Les dan Desa Bukti Kabupaten Buleleng, Sabtu (30/9). Kunjungannya kali ini untuk memantau kondisi pengungsi sekaligus mensosialisasikan beberapa himbauan hasil rapat koordinasi kesiapsiagaan bencana Gunung Agung.

Sebelumnya, jumlah pengungsi yang mencapai 144 ribu lebih, dua kali lipat lebih dari hasil pemetaan penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang dilakukan BNPB. Kondisi ini terjadi dikarenakan masyarakat panik pasca ditetapkannya Gunung Agung dalam status Awas. Sehingga warga yang berada di kawasan aman ikut mengungsi padahal seharusnya tidak mengungsi.

Untuk itu Pastika menegaskan hanya warga di 27 desa yang masuk KRB saja yang harus mengungsi, dan menghimbau agar warga di 51 desa aman untuk kembali ke asalnya. “Sekarang kan sudah empat hari sudah mulai tenang, mulai kita pikirkan namanya tahapan konsolidasi dan rekonsolidasi. Daerah rawan satu, dua, tiga itu jumlahnya 70 ribu, kalau pengungsi 144 ribu dari mana yang lain ini, berarti daerah aman dia ikut ngungsi. Wajar, saya tidak menyalahkan karena panik. Sekarang sudah selesai paniknya jadi harus kembali, bukan diusir,” jelas Pastika.

Lebih lanjut Pastika juga memerintahkan aparat desa untuk melakukan pendataan tempat-tempat yang strategis guna memindahkan pengungsi ke tempat yang lebih layak. Menurutnya, pengungsi akan lebih layak apabila tinggal di Balai Banjar, Wantilan, atau pun GOR dibanding harus tinggal di tenda-tenda. Selain kesehatannya lebih terjamin, juga memudahkan dalam distribusi logistik dan pelayanan kesehatan serta pengelolaan dapur umum secara mandiri.

“Sekarang sudah bisa memikirkan jangka panjang. Berapa disitu punya Balai Banjar, Balai Serbaguna, GOR kalau ada, termasuk Wantilan Pura. Yang dalam tenda berangsur-angsur kita pindahkan ke gedung biar lebih nyaman, lebih sehat, lebih gampang dan biarkan mereka masak masing-masing, kita tinggal drop bahan-bahannya,” ujar Pastika.

Untuk memudahkan distribusi bantuan, aparat di masing-masing desa lokasi posko pengungsi juga diminta membuatkan kartu identitas pengungsi. Kartu identitas ini berisi informasi nama, alamat, dan nama keluarga yang menjadi tanggungannya. Hal ini merupakan langkah antisipasi dalam penyaluran bantuan agar tepat sasaran, termasuk untuk mengambil logistik, maupun pelayanan kesehatan.

Dibagian lain, Pastika juga mengunjungi warga yang mengungsi di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Seperti diberitakan sebelumnya, lokasi pengungsian ini merupakan hutan jati yang jauh dari pemukiman. Sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama masalah kesehatan, pendidikan anak, akses air, dan sanitasi. Terdapat sebanyak 68 orang memiliki keyakinan untuk bertahan mengungsi di hutan jati tersebut. Padahal akses ke lokasi sangat terpencil, tidak layak menjadi tempat pengungsian. Untuk itu Pastika menghimbau agar warga tersebut bisa pindah ke tempat yang lebih layak atau ke posko pengungsian yang telah ditetapkan.

“Ini masalah kepercayaan. Bali ini memang tidak gampang, tidak sekedar memindahkan manusia, dia punya kepercayaan dan saya menghargai itu. Tetapi tolong pikirkan anak-anak ini, jangan biarkan anak-anak ini menderita begini. Sudah dikasi tempat yang lebih baik, bawa pretimanya ke sana. ” kata Pastika untuk meyakinkan agar warga mau pindah ke tempat yang lebih layak yang disediakan pemerintah.

Menanggapi himbauan tersebut, Ketut Piji, salah satu penglingsir, mengatakan akan menuruti nasehat Gubernur Pastika.  “Mudah-mudahan saya bersama masyarakat mau pindah karena sudah dicarikan tempat yang aman seperti kata Bapak Gubernur tadi. Malu saya sama masyarakat,” kata Ketut Piji. RED-MB