Masyarakat Bebalang Minta Pembangunan Gereja Dihentikan
Bangli (Metrobali.com)-
Gejolak yang terjadi di masyarakat akhirnya memuncak dengan penyampaian aspirasi damai di gedung BMB Kab. Kangli yang diterima oleh wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta didampingi oleh PLH Sekda Kab. Bangli, Asisten I, Kakanwil Kementerian Agaman Kab. Bangli, Parisada dan dari kantor Perizinan Kab. Bangli.
Kehadiran warga Bebalang di Pemkab Bangli ini terkait dengan rencana pembangunan tempat ibadah Gereja di Br. Bebalang. Aspirasi tersebut disampaikan oleh kelian adat Br. Bebalang Sang Putu Suteja. Dasar penolakan warga menurut Sang Putu Suteja, karena pihak pembangunan gereja belum memenuhi semua persyaratan yang sudah disepakati dalam rapat beberapa waktu yang lalu. Oleh karena itu, pihaknya menginginkan agar Bupati Bangli segera menindak lanjuti tuntutan masyarakat Bebalang terkait dengan pelanggaran kesepakatan yang sudah disepiakati. “Sebelum peryaratan tersebut dipenuhi agar pembangunan di hentikan” tegasnya.
Sedangkan dari kantor perizinan menyampaikan bahwa pada formulir yang dikeluarkanya bahwa izin pembangunan gereja sudah dilengkapi baik kaitannya dengan penyanding dan tandatangan tidak keberatan dari kepala lingkungan, lurah dan camat setempat. Dalam hal ini sebagai penyanding disebelahnya adalah kantor pemerintahan yang ditandatangani oleh kepala dinasnya. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka izin tersebut dapat ditindak lanjuti.
Dilanjutkan lagi setelah keluarnya izin tersebut, barulah ada masukan bahwa ada aturan-aturan tambahan yang harus dipenuhi diantaranya rekomendasi dari FKUB dan surat rekomendasi dari kementerian Agama. Dijelaskan juga hal tersebut sudah pernah dibahas dalam forum da hasilnya suda ada kesepakatan dari pihak pembangunan gereja akan segera memenuhi kekurangan persyaratan tersebut, akan tetapi sampai saat ini belum ditepati.
Dari kementerian agama menyampaikan agar masyarakat jangan sampai bertindak berlebihan sehingga menimbulkan dampak yang lebih luas sehingga akan berpengaruh pada kualitas kehidupan dan kerukunan umat beragama di Kab. Bangli yang tercinta ini.
Hal senada juga disampaikan Parisada agar kita bisa bersabar untuk tidak melakuklan hal-hal yang nantinya dapat mengundang reaksi yang berlebihan. Memang dilihat dari kenyataannya pihak gereja belum memenuhi kesepakatan yang sudah disepakati, akan tetapi kita harus tetap menunggu bagaimana keputusan yang diambil nantinya.
Sementara itu, Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta menyampaikan tanggapan terhadap aspirasi masyarakat Bebalang bahwa satu hal yang harus kita ingat adalah kita berada dalam lingkup NKRI, yang menjadi pegangan dari Sabang sampai Merauke. Toleransi antar umat beragama sudah cukup baik. Diharapkan kepada semua pihak tetap menjaga kondisi yang kondusip ini.
Dilanjutkan lagi sehabis ini atau besok bupati akan mengandakan rapat untuk membahas jalan keluar yang terbaik. “Saya melihat semangat dari saudara-saudara adalah semangat yang selalu menjaga persatuan dan kesatuan sehingga hal ini dapat terus dipertahankan,” tegasnya. HB-MB
12 Komentar
Sepanjang pembangunan berjalan Selaras Alam (Parahyangan, Pelemahan, Pawongan) pasti bisa dilaksanakan.
bentuk kurang difahaminya nilai2 agama oleh masyarakat memicu tindakan2 yg cendrung ATHEIS, seperti kasus pelarangan2 untuk pembangunan rumah ibadah.. Ironis sekali tatkala kita mengklaim beragama yg tujuannya mencintai Tuhan , tampa kita sadari kita mengembangkan sifat ASURISAMPAD/KERAKSASAAN/SETAN ,yg selalu merasa marah terhadap usaha usaha umat manusia untuk mengembangkan rasa baktinya pada Tuhan…apapun alasannya tindakan2 anarkis yg menentang nilai2 ketuhanan umat manusia tidak ada tempat di mata TUHAN…SAYA sangat menyayangkan tindakan pelarangan oleh saudara hindu Bali thp kasus diatas. ada tren meniru2 ulah sekelompok agama tertentu yg menekan agama minoritas….kalau hal2 seperti ini berlanjut di Indonesia apa yg akan terjadi thp teman teman hindu di luar bali? akan mendapatkan hal yg sama…..ketakutan kita sangat tidak beralasan. rasa takut akan sirna kalau kita mulai menjalankan kaidah2 agama hindu kita dengan menguatkan SRADHA AGAMA kita . tidak akan ada yg bisa mengkonpersi generasi muda hindu kita kalau kita benar2 memahami kebesaran agama HINDU yg berkitab suci weda………..salam dari NUSA PENIDA… OM TAT SAT
Terus kapan dong Bali tidak dicekcoki oleh pembangunan tempat ibadah yang banyak dari umat lain? Identitas Bali dengan Hindu-nya harus dijaga. Pendatang yang bermukim di Bali harus mengerti. Mereka mencari nafkah karena Bali dikenal sebagai Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura, bukan seribu Gereja. Jadi menurut saya, saudara-saudara umat lain juga harus mengerti, menjaga BALI artinya ikut membangun suasana Bali yang benar-benar asli dengan nuansa Hindunya. Kita bukan tidak toleran, tapi apalah artinya Bali yang kecil ini, cukuplah bagi anda untuk membangun beberapa tempat ibadah yang sudah diberikan kelonggaran di tempat lain. Dan kecenderungan saudara-saudara kita yang Kristen atau Katolik membangun Gereja sambil menyebarkan ajaran mereka kepada orang yang sudah beragama. Ingat slogannya Penjajah: Gold, Gospel and Glory (Harta, Gereja dan Penjajahan)……kita sudah terlalu toleran di Bali, sangat toleran bahkan. Tapi telah dimanfaatkan oleh oknum missionaris dan para penyebar injil untuk menjadikan Bali sebagai target Kristenisasi. Akhirnya Bali akan menjadi seperti Kupang, Ambon, dsb. Yang penuh dengan kemelaratan dan permusuhan……Camkanlah orang Bali…Tolak setiap pembangunan tempat ibadah baru. Bali sangat kecil untuk dicekcoki dengan banyak aktifitas religi. Jaga Bali, artinya Jaga Hindu jangan diaduk-aduk. Suksma.
pembangunan Gereja hati2!!! saya cuman bisa mengatakan itu…!!! mohon maaf bukan anti dengan toleransi! ada udang di balik batu,..misonaris…..
Lebih bagus Hare Kresna aja… msh di bawah “Rumah” Hindu,…
Buka mata dan telinga.. tidak usah bicara toleransi.. karena agama hindu sudah mengenal toleransi jauh sebelum ada peradaban manusia. pantasnya kita berhati2 terhadap pembangunan rumah ibadah, selama tujuan untuk beribadah asal sesuai ketentuan yang berlaku.. selama tidak ada maksud untuk mengkoversikan umat hindu itu sendiri..misionaris selalu saja ada dengan berbagai modus. untuk kades,camat dan FKUD semoga tidak gelap mata dan hatinya..
Saya yakin itu hanya oknum yg mudah terprovokasi.Orang bali tidak begitu.Pasti ada yg menghasut.Dan saya yakin,orang bali tidak BODOH seperti orang yg menghasut.HATI-HATI orang bali saudaraku,ADA YG MEMANCING DI AIR KERUH.Bagi umat KRISTIANI baik khatolik ataupun Protestan,INGATT!!!!!!
KASIH adalah segala-gala nya,KASIH lebih dari pemenang.Jangan sampai isu sepele ini,menjadi bahan pembahasan Di Dunia internasional.Mereka hanya terprovokasi oknum yg tidak suka dengan KEDAMAIAN di bali..
Salammmm..
Maju Terus Bebalang !! , Bali tlah masuk target Kistenisasi maupun Islamisasi. tapi dg cara yg elegan dan pasti.
tak usah bicara toleransi… orang bali (hindu) sudah sangat toleran…..
Lanjutkan..pembangunan pura susah di luar krama samian, di bali be belog ajum..mekejang dadi…lanjutkan..pang sing ilang taksu baline…tpi de masih mare anak ngelah masalah abedik langsung di sepekang. Bali sudah kecil jangan di perkecil lagi
Setuju…sekecil apapun rumah ibadah diluar Hindu harus dilarang!!! ingat Majapahit hancur karena toleransi Hindu yg begitu besar terhadap pedagang arab sampai sampai putra majapahit yg harusnya dikirim belajar ke india dikirim belajar islam dan bergelar raden patah yg selanjutnya memerangi ayah dan kerajaannya sendiri.
Hati2 juga dengan orang bali yg sok tolerasi dan mengatasnamakan NKRI dan demi persatuan dan kedamaian Bali. Mereka itu sudah menggadaikan imamHindu mereka dengan misionaris …jadi lihat sekitar kita ada orang bali yg selalu memakaii nama Bali tetapi imamnya sudah busuk demi jabatan, duit dan pekerjaan
Membaca beberapa koment diatas, rasanya saya menjadi malu sebagai orang bali yang katanya telah sangat faham dengan ajaran hindu. Terlalu sempit sudut pandangnya, bagaikan katak dalam tempurung. Mohon maaf semeton sareng sami.