Masyarakat Bali Dukung Revitalisasi Teluk Benoa

Denpasar (Metrobali.com)-

Masyarakat Bali kini mulai gerah dengan berbagai informasi sesat yang dihembuskan oleh segelintir kelompok penolak revitalisasi Teluk Benoa. Tak ingin terus-menerus disesatkan oleh segelintir kelompok penolak, masyarakat Bali dari berbagai komponen berbondong-bondong menyampaikan dukungannya terhadap revitalisasi Teluk Benoa melalui Podium “Bali Bebas Bicara Apa Saja” di Lapangan Puputan Renon pada hari Minggu 16 November 2014.

Berdasarkan pantauan di lapangan, masyarakat Bali yang tergabung dalam ForBali’s sebelum sampai di depan podium, terlebih dahulu berkumpul di depan Kantor Gubernur Provinsi Bali. Ratusan peserta kemudian membentuk parade bernuansa adat Bali berjalan menuju podium. Peserta terlihat kompak mengenakan pakaian adat Bali diiringi dengan alat musik tradisional seperti gendang, gong dan suling Bali. Sesekali peserta kompak berteriak, “ayo dukung revitalisasi”

Sementara peserta remaja putri yang juga mengenakan pakaian adat Bali tampak sibuk membagi-bagikan brosur yang berisi fakta rencana revitalisasi Teluk Benoa kepada pengunjung lapangan. Dalam brosur berukuran A3 lipat enam tersebut berisi penjelasan lengap tentang pentingnya revitalisasi Teluk Benoa. Di dalamnya terdapat lima rasionalitas urgensi revitalisasi Teluk Benoa, pertanyaan umum mengenai proyek revitalisasi, pertanyaan dalam konteks teknis, pertanyaan dalam konteks lingkungan, pertanyaan dalam konteks ekonomi, serta pertanyaan dalam konteks sosial dan budaya.

“Selama ini masyarakat Bali disuguhkan dengan informasi yang menyesatkan tetang rencana revitalisasi Teluk Benoa. Kami sangat prihatin atas opini yang dibentuk oleh berbagai kelompok yang ditunggangi kepentingan tertentu. Opini mereka tidak punya dasar yang jelas. Semuanya hanya berdasarkan issu yang dibuat-buat. Oleh karena itu, kami telah menghimpun informasi berdasarkan fakta yang sesungguhnya tetang manfaat revitalisasi Teluk Benoa. Semua fakta tersebut kami tuangkan dalam brosur yang kami bagikan,” ungkap Gede Wijaya selaku koordinator ForBALI’s (Forum Bali Shanty).

Podium “Bali Bebas Bicara Apa Saja” tampak terkepung oleh massa pendukung revitalisasi Teluk Benoa. Mereka dengan tertib duduk di depan podium. Spanduk besar bertuliskan “Masyarakat Bali Dukung Revitalisasi Teluk Benoa” dibentangkan di belakang podium. Sementara itu di bagian kanan podium puluhan penabuh dari Seka Tabuh Pada Liang dan gabungan seniman tradisional Kabupaten Badung turut menyemarakan acara dengan tajuk Genjek Dukung Revitalisasi Teluk Benoa. Penampilan dua orang penari putri dalam Genjek Dukung Revitalisasi Teluk Benoa menambah semarak suasana.

Dalam orasi di atas mimbar Gede Wijaya menjelaskan bahwa ia sangat menghargai adanya dinamika yang berkembang terkait pro dan kontra reklamasi Teluk Benoa. Namun Wijaya mengajak seluruh masyarakat Bali untuk mencermati mana yang isu dan mana yang fakta. Menurut Wijaya, apa yang diinformasikan oleh ForBALI’s adalah data dan fakta berdasarkan kajian akademis.

Wijaya juga mengajak masyarakat Bali untuk menghormati Guru Wisesa (ajaran Hindu mengenai empat guru yang harus dihormati) yakni pemerintah dalam hal ini Gubernur Bali. Apa yang diprogramkan oleh pemerintah tentu tujuannya untuk menyejahterakan rakyat. Salah satu contohnya kecil dari dampak positif revitalisasi Teluk Benoa yakni mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih 250 ribu tenaga kerja baik selama pengerjaan dan selema beroperasinya kawasan tersebut sebagai destinasi pariwisata Bali.

Pada kesempatan tersebut juga hadir I Gusti Ngurah Bagus Muditha, Ketua Yayasan Bali Bagus yang turut menyampaikan orasi. Muditha mengapresiasi adanya antusias masyarakat Bali yang mendukung revitalisasi. Menurutnya sekarang sudah semakin banyak masyarakat Bali yang sadar bahwa revitalisasi Teluk Benoa memberikan manfaat yang sangat besar, baik manfaat secara lingkungan, ekonomi, social dan budaya.

“Pemerintah tentu tidak ceroboh dalam mengambil keputusan terkait program revitalisasi Teluk Benoa. Hasil kajian tujuh universitas terkemuka di dalam negeri telah menyatakan Teluk Benoa layak direvitalisasi. Sebab jika tidak segera dilakukan revitalisasi justeru akan membawa dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan di teluk Benoa. Semakin lama, sedimen lumpur yang berbaur dengan polusi di teluk benoa semakin banyak. Kalau tidak segera direvitalisasi, mangrove yang ada di sana akan punah,” tutut Muditha.

Kepala Biro Humas Provinsi Bali, I Dewa Gede Mahendra Putra menjelaskan kepada masyarakat yang hadir, bahwa pihaknya merasa puas dengan antusias masyarakat Bali yang berpartisipasi dalam Podium “Bali Bebas Bicara Apa Saja”.

“Kami juga mengapresiasi kehadiran ForBALI’s sebagai pihak yang mendukung revitalisasi Teluk Benoa. Penyampaian aspirasi dengan nuansa adat serta dengan media kesenian Bali seperti ini sangat mengedepankan etika dan tradisi masyarakat Bali. Dan kehadiran mereka ini spontanitas. Kami juga sangat mengharapkan pihak yang kontra pun memanfaatkan podium ini untuk menyampaikan aspirasinya,” ujarnya.

Ni Putu Damayanti (35), salah seorang pengunjung lapangan Renon menyampaikan kesan positifnya terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh ForBALI’s. “Setelah saya baca brosur yang dibagi, baru saya tahu ternyata revitalisasi Teluk Benoa itu memang harus dilakukan. Selama ini sih emang kita hanya disuguhin issu yang nggak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sekarang saya tidak ragu lagi mendukung revitalisasi Teluk Benoa. Saya dukung yah karena saya paham,” ungkap Putu Damayanti dengan nada tegas. JAK-MB