Denpasar (Metrobali.com)-

Artis film berbakat istri pembalap Ananda ricola, Marcella Zalianty didapuk sebagai duta Festival Film Dokumenter Bali (FFDB) 2012. Dalam acara yang dihelat tahunan itu, peraih pemeran perempuan terbaik FFI tahun 2005 didapuk lantaran dianggap memiliki konsetrasi penuh atas film dokumenter di Indonesia.
“Niat dan semangat baik seringkali tak sampai jika tak disampaikan oleh seseorang yang oleh publik dianggap balik. Apalagi Marcella juga sangat serius pada film dokumenter. Untuk itu, kami mendaulat dia sebagai duta FFDB 2012,” kata panitia FFDB 2012, Agung Bawantara saat memberi keterangan resmi, Sabtu 21 Januari 2012.

Pada festival kali ini, kata Agung, panitia mengangkat tema “Kebersamaan di Tengah Keberagaman” dengan sub tema “Perempuan, Anak dan Semangat Kebersamaan di Tengah Keragaman”. Dipilihnya tema itu bukan tanpa alasan. Menurut Agung, saat ini isu krusial saat ini menyangkut kekerasan, pelanggaran HAM dan gesekan dalam hidup bersama.

“Gesekan masih amat kuat. Kami perlu menyampaikan hal itu melalui ajang ini,” katanya. Untuk menciptakan suasana damai, tutur Agung, maka harus dilakukan sejak dini, terutama kepada anak-anak. “Itulah sebabnya kenapa sub temanya menyasar anak dan perempuan. Semangat untuk rukun sebaiknya dilakukan di usia dini. Untuk menanamkan nilai itu, ibu yang memiliki peranan penting,” tegas dia.
“Kami berharap Bali bisa menjadi vibrasi bagi rumah bersama yang nyaman dan damai. Dengan festival ini kami juga berharap keterlibatan masyarakat untuk membangun dan memperkokoh semangat kebersamaan di tengah keragaman. Kami buka bagi mereka yang ingin mendaftar. Peserta tak hanya dari Bali, tapi boleh dari mana saja,” tambahnya.

Dalam ajang itu, berperan sebagai dewan juri adalah Dr Lawrence Blair, Slamet Rahardjo Djarot, Rio Helmi, Gede Putu Wiranegara dan Prof Made Bandem. Dari sekian banyak peserta nantinya, akan pilih lima nomine oleh dewan juri. “Satu dari lima nomine berhak membawa pulang hadiah sebesar Rp20 juta. Empat nomine yang tersisih berhak mendapat hadiah sebesar Rp3 juta,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Agung menjelaskan jika festival yang mulai dihelat pada 2010 itu dilakukan secara mandiri, tak mendapat biaya dari pemerintah. “Kami didukung oleh Arti Foundation,” tandasnya.

Kadek Suardana dari Arti Foundation berharap Bali bisa menjadi pusat film dokumenter. “Kalau Jakarta itu punya FFI, kami ingin kalau film dokumenter itu barometernya Bali,” kata dia, diamini Dewa Gede Palguna, mantan Hakim Mahkamah Konstitusi yang juga salah seorang dari Arti Foundation.(bentarabali.com/ckl)