Sudirta dengan Sulatra
Foto: Nyoman Sulatra, menangis haru, tiba-tiba Sudirta yang ia tonton semalam sebelumnya, muncul menjenguknya.

Karangasem (Metrobali.com)-

Nyoman Sulatra (55) warga Dusun Tegenan, Desa Menanga, Kec. Rendang, benar-benar terkejut, dan spontan menangis penuh haru, ketika Senin (23/11) didatangi Wayan Sudirta, Cabup Karangasem dari PDIP. Ia mengaku, semalam sebelumnya menyaksikan Sudirta tampil di’Debat Cabup-Cawabup’’ Bali TV berdebat dengan 2 pasangan lainnya.

Sulatra yang berjuang menghadapi sakit struk sejak 3 tahun lalu  mengatakan,’’Saya nonton Bapak tadi malam dalam Debat di televisi. Saya tidak menyangka, Pak Wayan akan datang ke rumah saya,’’ katanya. Sulatra juga mengatakan, sudah sering melihat Sudirta menjenguk penderita cacat dan sakit permanen yang lain di Karangasem.

Sudirta memang sudah lama punya program peduli warga kurang mampu melalui Yayasan Bunda Luh Ronce yang dibangunnya untuk menghormati mendiang ibunya, terus turun ke masyarakat. Sudah ratusan penderita cacat permanen dan miskin di 8 kecamatan di Karangasem, mendapat sentuhan berupa bantuan sembako, santunan uang, sementara yang sakit dibantu berobat ke rumah sakit, seperti mendiang Putu Rio dari Desa Sibetan, Kec. Bebandem.

Sudirta mengakui, sangat prihatin, ternyata jumlah warga Karangasem yang miskin, lalu menderita sakit dan cacat permanen, cukup banyak. Walaupun pemerintah sudah menyiapkan program berobat gratis, bagi warga yang miskin seperti Sulatra, masih sulit untuk mengakses pengobatan di Puskesmas sekalipun. Karenanya, Sudirta makin yakin, tambahan 2 ambulan untuk Puskesmas akan sangat membantu.

‘’Agar mekanismenya bekerja dan bisa melayani warga seperti Nyoman Sulatra ini, yang di Karangasem cukup banyak, maka  Kepala Dusun, Kelian Banjar, Kepala Desa, Kepala Puskesmas, Kader Posyandu, harus bahu membahu membantu Saudara-saudara kita yang nasibnya seperti Nyoman Sulatra ini. Jangan mereka ditinggalkan sendiri, seakan negara tidak hadir pada penderitaan mereka,’’ sambung Sudirta.

Selama ini, penderita sakit permanen serta warga cacat di Karangasem kurang bisa mengakses layanan kesehatan. Penyebabnya, karena mereka sangat miskin, sementara keluarga dan tetangganya pun tidak punya kemampuan untuk membantu. Di pihak lain, pemerintah kurang mengorganisasikan potensi pelayanan masyarakat yang bisa digerakkan, seperti petugas di Puskesmas, Kantor Desa, Kepala Dusun, Kelian Banjar, serta fasilitas ambulan yang benar-benar dibutuhkan, juga anggaran taktis yang mungkin tidak dialokasikan untuk itu. RED-MB