Oleh : I Gde Sudibya

Dalam agama Hindu, Sanatana Dharma, dikenal ajaran yang sangat populer dan powerful: Vasudewa Kuthumbakam: terjemahan bebasnya: kita ( umat manusia ) datang dari “Ayah & Ibu ” yang sama: Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita semua bersaudara.

Pesan moral implisit dan eksplisit dari ajaran ini: tidak ada bias jender ( laki dan perempuan sama dalam pemahaman teologi ), mengandung muatan keadilan substantif insan-insan manusia.  Rujukan etik dan moralitas dalam membangun relasi antar manusia, yang berlandaslan persamaan dan persaudaraan.

Jika dalam perjalanan sejarah terjadi bias jender, bahkan ketidak-adilan dalam realitas sosiologi agama, maka tugas kitalah, terutama: pengambil kebijakan publik, agamawan, cendikiawan dan masyarakat yang peduli untuk meluruskan  kesalahkaprahan ini, secara proporsional, bertahap dan berdimensi ke depan.

Kearifan kehidupan Sanatana Dharma sebenarnya juga memberikan tuntunan: kebahagiaan murni dan otentik dari sebuah keluarga inti mempersyaratkan: perempuan di keluarga tersebut memperoleh perhatian, kasih sayang dan juga diperlakukan adil.  Kalau persyaratan ini tidak ada, kebahagiaan di keluarga ydm.bersifat semu dan sementara sifatnya.

Ada kesalah-kaprahan yang sudah berlangsung lama, yang nyaris dianggap sebagai ” kebenaran ” pada sebagian masyarakat  bahwa: wanita, perempuan, ibu sebagai insan manusia yang lemah. Tetapi faktanya, kita yang: dilahirkan, disusui, dibesarkan, dididik, diberikan keteladanan kehidupan, mendapatkan ” hukum besi ” kebenaran, bahwa Ibu kita: insan manusia yang sangat kuat secara fisik, mental dan mampu berjaya dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam bahasa manajemen modern, Ibu kita pada umumnya punya kecerdasan holistik: fisik, intelektual, emosional dan kecerdasan spiritual. Buktinya: secara umum mampu  melahirkan generasi yang lebih baik, dibandingkan dengan dirinya.
Mereka mendidik putra-putrinya all out, at all cost dan nyaris tanpa pamrih. Selera makan kita, preferensi kehidupan kita, muatan benih karakter kita, sangat dipengaruhi Ibu dan sudah tentu juga Ayah kita.

Rangkaian riset dan juga kebijakan  yang dijalankan oleh Grameen Bank di Bangladesh yang dipelopori oleh ekonom ternama pemenang hadiah Nobel perdamaian Mohammad Junus, pemberian kredit kepada para Ibu yang keluarganya miskin, sangat berdampak significan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Model kebijakan ini, diadopsi oleh Bank Dunia, dan sekarang diterapkan di banyak negara. Kebijakan kredit ini,meniru model Grameen Bank sangat pupuler di negeri ini, dengan penyesuaian Desa, Kala, Patra. Cerita singkat di atas, hanya menambah bukti dari sangat banyak bukti, bagaimana Ibu kita berperanan sangat besar sebagai penyangga ekonomi keluarga dan kita menikmatinya.

Selamat Hari Ibu, di tengah ketidak-pastian kehidupan akibat pandemi Covid-,19, dengan spirit yang ditumpah-ruahkan berbentuk kasih sayang oleh Ibu kita selama kehidupannya di dunia maya ini, semestinya kita menjadi semakin kuat, dan mampu memenangkan ” peperangan ” melawan pandemi ini. Menatap fajar baru, dengan paragdima baru, serta harapan baru pasca pandemi.

Tentang Penulis

I Gde Sudibya, ekonom, konsultan dan pembicara publik untuk pengembangan SDM.